TEMPO.CO, Jakarta - Jika hasil diagnosa dokter menyatakan Anda positif mengidap kanker leher rahim atau kanker serviks, sebaiknya segera konsultasikan metode pengobatan yang tepat.
Staf Program Pendidikan Dokter Spesialis, Universitas Sebelas Maret Surakarta, dr. Ardian Ganda Sefri Ardiato, mengatakan keputusan pengobatan dibuat oleh ahli onkologi berdasarkan ukuran tumor, stadium (tingkat keparahan perubahan prekanker), dan faktor individu. “Faktor individu yang dimaksud misalnya usia, apakah wanita masih menginginkan keturunan, kesehatan pasien secara keseluruhan, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Kemudian, onkologis akan membahas pilihan pengobatan yang paling cocok,” kata Ganda.
Ada tiga metode pengobatan kanker seviks yang direkomendasikan, meliputi tindakan operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. Berikut ini penjelasannya:
1. Operasi
Tindakan bedah ini meliputi
a) Cryosurgery, yakni menghancurkan sel-sel abnormal dengan membekukannya menggunakan nitrogen cair. Biasanya dilakukan untuk mengobati perubahan prakanker pada serviks.
b) Bedah laser memakai sinar energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel abnormal. Tindakan medis ini dilakukan untuk menghilangkan sel-sel prakanker atau kanker. Operasi laser biasanya digunakan ketika daerah yang terjangkit tidak dapat dicapai dengan cryosurgery.
c) Loop electrosurgical excision, yakni memakai elektroda lingkaran kawat halus untuk menghilangkan lesi.
d) Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim untuk mengobati kanker serviks invasif.
2. Terapi radiasi
Terapi ini mengacu pada penggunaan sinar energi tinggi, partikel, atau bahan radioaktif untuk menghancurkan sel-sel kanker di area yang terjangkit, serta meminimalkan risiko sel-sel normal, yang mungkin terkena radiasi.
3. Kemoterapi
Mengacu pada penggunaan satu atau lebih obat antikanker untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel kanker. Kemoterapi juga dapat digunakan untuk mengobati metastasis (menyebarnya sel-sel kanker ke organ lain).
Supaya terhindari dari kanker serviks, Ganda mengajak para wanita untuk melakukan vaksinasi HPV. “Vaksinasi HPV bisa mengurangi risiko terkena kanker serviks sebesar 70-80 persen. Karenanya, tes pap smear secara rutin pasca vaksinasi dianjurkan," katanya. "Karena masih ada peluang 20-30 persen risiko yang tak dapat di-cover oleh vaksinasi dapat terus dipantau lewat tes pap smear."
Berita lainnya:
Terapkan 4 Kebiasaan Hidup Sehat di Kantor
Ivanka Trump Buka 3 Rahasia Kecantikannya
Wanita Rela Lakukan 5 Hal Ekstrem Demi Tampil Cantik