TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, 30 Agustus 2016, bergerak naik enam poin menjadi Rp 13.254 per dolar Amerika Serikat. "Penguatan rupiah bisa kembali berlanjut jika data ekonomi Amerika Serikat gagal mengonfirmasi pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen," kata ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Salah satu data ekonomi Amerika Serikat yang dicermati pasar dalam waktu dekat adalah tingkat penyerapan tenaga kerja non-pertanian yang sedianya dirilis akhir pekan ini. Jika naik signifikan, data itu bisa mempertegas pernyataan hawkish Ketua The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Rangga menambahkan, pergerakan rupiah masih dibayangi sentimen pernyataan hawkish Ketua The Fed Janet Yellen untuk menaikkan suku bunga. Pengaruh itu diperkirakan hanya bersifat sementara, tapi tekanan pelemahan rupiah berpeluang masih ada.
Dari dalam negeri, dia menjelaskan, risiko fiskal termasuk pencapaian amnesti pajak masih menjadi perhatian investor.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menambahkan, bahwa minat investor pasar uang terhadap aset berdenominasi dolar Amerika masih tinggi sehingga penguatan rupiah akan relatif terbatas.
"Pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen cukup mempengaruhi psikologis di kalangan pelaku pasar sehingga fluktuasi mata uang domestik cenderung di kisaran sempit," katanya.
ANTARA