TEMPO.CO, Jakarta - Kejadian mengerikan dua tahun lalu itu tetap membayangi kehidupan Nadia Murad Basee Taha. Namun perempuan dari etnis Yazidi di Irak itu pantang surut berjuang. Dia menuntut pemerintah Irak dan masyarakat internasional segera menghentikan kekejaman Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terhadap etnis Yazidi. Maria Hasugian dari Tempo sempat mewawancarainya melalui telepon pada Jumat, 26 Agustus 2016. Berikut ini petikannya.
Apa yang Anda harapkan dari pemerintah Irak dan masyarakat internasional?
Pemerintah Irak belum berbuat apa pun terhadap komunitas Yazidi, khususnya terhadap ibu-ibu dan anak-anak perempuan. Saya ingin pemerintah menyelamatkan mereka yang hidup sengsara di Irak dan Suriah akibat kekejaman ISIS. Irak bukan anggota International Criminal Court atau Pengadilan Pidana Internasional (ICC). Tapi Irak dapat bergabung dengan ICC dan membawa para kriminal itu demi keadilan. Satu-satunya keinginan saya adalah keadilan bagi semua korban dan hak hidup bagi semua orang, khususnya minoritas agama di Irak dan Suriah.
Pemerintah Irak mengajukan Anda menerima Nobel Perdamaian. Tanggapan Anda?
Saya sungguh tidak tahu tentang penghargaan itu hingga mereka mengatakan telah menominasikan saya. Hanya satu alasan yang saya inginkan terhadap penghargaan Nobel, yakni menunjukkan bahwa ISIS tidak dapat membungkam kami.
Masyarakat Eropa semakin kuat menyuarakan antiimigran dan curiga terhadap muslim. Anda merasa aman hidup di Jerman?
Ya, tentu saya aman tinggal di Jerman. Mereka menjaga kami. Tak ada satu pun yang menanyakan agama kami. Mereka ramah dan sangat membantu serta menjaga kami.
Anda dapat tidur nyenyak? Bagaimana Anda mengatasi pengalaman pahit Anda? Anda memaafkan pelaku?
(Terisak menangis). Saya terkadang bisa tidur nyenyak. Namun, di setiap momen dalam hidup saya saat ini, saya selalu berpikir tentang keluarga saya. Saya tidak dapat memaafkan ISIS.
Bagaimana kehidupan Yazidi di masa Saddam Hussein dan sesudah itu?
(Ahmed Khudida, penerjemah yang mendampingi Nadia, menjelaskan). Di masa Saddam, komunitas Yazidi tidak punya hak memilih dan menjalankan ajaran agamanya. Tapi setidaknya kami merasa aman. Tidak ada yang dibunuh atau menculik anak-anak kami.