TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, 26 September 2016, bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi 13.074 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi 13.073 per dolar Amerika.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Senin, mengatakan fluktuasi mata uang rupiah relatif masih stabil terhadap dolar AS, sentimen dari dalam negeri masih cukup mampu menjaga mata uang domestik untuk tidak tertekan terlalu dalam.
"Sentimen positif dari pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (7-Day Repo Rate) maupun eforia program amnesti pajak masih cukup kuat menjaga rupiah," katanya.
Ia menambahkan, harga minyak mentah dunia yang bergerak menguat diharapkan dapat mengurangi tekanan dari mata uang Amerika Serikat.
Terpantau, harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,70 persen menjadi 44,79 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,81 persen menjadi 46,26 dolar AS per barel.
Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan rupiah tampak masih mampu kembali bergerak ke area positif. Sentimen mengenai kebijakan bank sentral Amerika Serikat yang mempertahankan tingkat suku bunganya akan menjaga mata uang berisiko seperti rupiah.
Di sisi lain, dia melanjutkan, kabar baik yang datang dari domestik mengenai perpanjangan administrasi amnesti pajak menjelang berakhirnya akhir periode I pada 30 September 2016 akan memberi imbas positif bagi mata uang domestik.
"Amnesti pajak periode I diperpanjang oleh pemerintah untuk hal administrasi dari September menjadi Desember setelah banyak pengusaha yang masih ingin mendaftarkan dirinya untuk melaporkan sejumlah aset, namun terkendala oleh proses administrasi," katanya.
ANTARA