TEMPO.CO, Probolinggo - Ratusan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang bertahan di padepokan setempat enggan diperiksa kesehatan mereka. Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo melalui Puskesmas Gading melakukan pemeriksaan kesehatan di tenda tempat menginap ratusan pengikut Taat.
“Dari ratusan orang, hanya sekitar 20 orang yang mau diperiksa, yang lainnya enggak mau,” kata Kepala Puskesmas Gading Saiful, Selasa, 27 September 2016.
Saiful mengatakan dari 20 orang tersebut, hanya satu orang yang menderita diare. “Tidak sampai dirawat dan hanya kami beri obat,” katanya. Pemeriksaan kesehatan tersebut berdasarkan hasil kordinasi antara Kepolisian Resor Probolinggo bersama Pemerintah Kabupaten Probolinggo.
Menurut Saiful, pihaknya tidak sampai mengecek lokasi tempat mandi, cuci, kakus (MCK) karena alasan keamanan. Sebab dikhawatirkan ada reaksi negatif dari pengikut Taat. “Jadi kami tidak tahu kondisi MCK-nya bagaimana,” katanya. Menurutnya, tenda dengan penutup terpal plastik dijadikan tempat tinggal pengikut padepokan kurang layak dan bisa mengganggu kesehatan mereka. “Ya, begitulah kondisinya,” katanya.
Ada sekitar 500 orang pengikut Taat yang masih bertahan di padepokan yang berada di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur itu. Mereka tinggal di gedung atau pendapa serta beberapa tenda yang memang disediakan oleh pihak padepokan. Namun diperkirakan ada ribuan orang pengikut yang tinggal di rumah-rumah penduduk sekitar padepokan. Mereka bertahan dan masih percaya dengan kemampuan Taat menggandakan uang meski pimpinan mereka sudah ditangkap polisi karena kasus pembunuhan.
Taat Pribadi, 46 tahun, ditangkap Kepolisian Daerah Jawa Timur dibantu Kepolisian Resor Probolinggo dalam penggerebekan besar-besaran, Kamis, 22 September 2016. Taat diduga jadi otak pembunuhan dua bekas pengikutnya yang mayatnya ditemukan di Probolinggo, Jawa Timur, Februari 2016, dan Wonogiri, Jawa Tengah, pada April 2016. Selain Taat, polisi juga telah menetapkan sembilan orang lainnya sebagai eksekutor maupun orang yang turut serta membantu pembunuhan berencana tersebut. Sejumlah orang lainnya yang terlibat pembunuhan masih buron.
Selain mengusut kasus pembunuhan, polisi juga menyelidiki dugaan penipuan dengan modus penggandaan uang yang dilakukan Taat. Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi berdiri sejak tahun 2005. Taat dipercaya memiliki kemampuan menggandakan uang dengan syarat pengikutnya menyerahkan mahar sejumlah uang jutaan rupiah dan membaca amalan atau wirid.
Ribuan pengikut Taat tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya masyarakat biasa, sejumlah tokoh nasional juga ada yang menjadi pengikut Taat. Salah satunya eks politikus Partai Golkar yang juga bekas Anggota DPR RI Marwah Daud Ibrahim yang menjadi Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
ISHOMUDDIN