TEMPO.CO, Ngawi - Lebih dari 500 rumah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tergenang banjir sejak Rabu kemarin hingga hari ini, Kamis, 29 September 2016. Permukiman itu berada di lima kecamatan, yakni Kwadungan, Pangkur, Geneng, Padas, dan Ngawi.
"Sampai sore ini air masih belum surut," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat Eko Heru Cahyono. Ketinggian air yang masuk pemukiman berkisar antara 30 hingga 50 sentimeter.
Air yang masuk ke permukiman warga itu merupakan luapan dari Sungai Bengawan Madiun di wilayah Ngawi. Sejak Selasa malam, Eko menuturkan, debit air sungai itu meningkat drastis setelah hujan deras mengguyur daerah hulu, yakni Wonogiri, Jawa Tengah; Ponorogo; Madiun termasuk Ngawi. "Debit air di Bengawan Madiun masih tinggi," ujarnya kepada Tempo.
Karena itu, lima wilayah kecamatan yang tergenang air berstatus siaga III. Upaya penanggulangan terjadinya banjir susulan telah dijalankan dengan mendirikan dua posko pengungsian di wilayah Kecamatan Kwadungan dan Pangkur. Selain itu, pihak BPBD mengirimkan makanan matang dan air bersih bagi warga yang terdampak banjir.
Akibat banjir, Eko melanjutkan, nilai kerugian material sementara mencapai Rp 500 juta termasuk 170 hektare sawah yang tergenang banjir. Selain itu, luapan air Bengawan Madiun menutup sejumlah titik jalan raya. Salah satunya jalur alternatif Madiun-Ngawi di wilayah Kecamatan Kwadungan, dengan ketinggian mencapai 60 sentimeter.
Kondisi ini dimanfaatkan sejumlah warga untuk mengangkut sepeda motor dengan gerobak. Pengguna jalan yang tidak ingin motornya mogok akibat menerjang air dikenai tarif Rp 10 ribu dengan jarak sekitar 500 meter.
"Sejak kemarin kami sudah narik gerobak. Hasilnya lumayan," kata Lasdi, salah seorang warga yang menjual jasa angkut sepeda motor dengan gerobak.
Menurut dia, banjir kali ini paling besar setelah bencana alam serupa pada 2007. Pada waktu itu banjir surut setelah sehari menggenangi permukiman warga, jalan, dan sawah.
NOFIKA DIAN NUGROHO