TEMPO.CO, Bangkok - Otoritas Thailand mengkonfirmasi dua kasus bayi dengan mikrocefalus atau kepala abnormal berukuran kecil. Dua kasus ini disebabkan virus Zika dan diklaim pertama kali ditemukan di Asia Tenggara.
Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan pihaknya masih menyelidiki keterkaitan kondisi bayi ketiga yang terjangkit virus Zika. "Dua dari tiga bayi terjangkit microcephaly karena virus Zika," kata Wicharn Pawan, seorang pejabat pengendalian penyakit, seperti dilansir Al-Jazeera, Jumat, 30 September 2016.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kasus di Thailand menjadi yang pertama teridentifikasi di Asia Tenggara. Virus Zika menyebabkan beberapa gejala, seperti demam, sakit mata, dan bintik merah pada kulit.
Belum ada obat atau vaksin untuk virus yang menginfeksi lebih dari 1,5 juta orang di hampir 70 negara sejak 2015 tersebut. Berdasarkan data WHO, Brasil menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar terkait dengan virus ini.
Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara, memuji reaksi pemerintah Thailand yang aktif mendeteksi dan merespons keberadaan kasus ini. Kementerian Kesehatan Thailand telah memantau 36 wanita hamil yang terinfeksi Zika, tiga di antaranya baru saja melahirkan bayi dengan microcephaly.
Praset Thongcharoen, seorang ahli virologi Thailand, mengatakan ada 4,3 bayi per 100 ribu kelahiran dengan mikrosefalus di Thailand. Itu dua kali rata-rata global. Kondisi ini juga bisa disebabkan sindrom Down dan infeksi lain selama kehamilan, seperti campak dan cacar.
Pengumuman tersebut dikhawatirkan mempengaruhi pariwisata Thailand. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengeluarkan travel advisory yang mendesak wanita hamil menunda perjalanan ke negara-negara Asia Tenggara.
AL-JAZEERA | ARKHELAUS