TEMPO.CO, Subang - Perum Bulog segera menjual 9.000 hingga 10 ribu ton daging kerbau impor dari India ke pasar. "Harga jualnya paling mahal Rp 65 ribu per kilogram," kata Direktur Komersial Perum Bulog, Karyawan Gunarso, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Ia mengatakan daging kerbau itu dijual oleh Bulog kepada pedagang Rp 56 ribu per kilogram. Dari pedagang ke pasar dijual Rp 60 ribu, dan pedagang di pasar menjualnya tidak boleh lebih dari Rp 65 ribu per kilogram. "Itu harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah," ujar Wawan, panggilan akrab Karyawan.
Penetapan HET daging kerbau impor tersebut dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga daging di pasar, termasuk harga daging sapi.
Wawan mengatakan, secara kualitas, daging kerbau impor yang ditujukan buat menambah kebutuhan protein hewani masyarakat tersebut tak kalah bagus dibanding daging sapi, baik kandungan kalori maupun lemaknya.
Selain menjual daging kerbau impor, Bulog masih harus menjual stok daging sapi yang tersisa. "Saya lupa angka pastinya. Yang jelas, harga jual daging sapi HET-nya ditetapkan Rp 80 ribu per kilogram," ucap Wawan.
Kecuali melalui jalur distribusi pedagang di pasar-pasar tradisional, daging kerbau impor dan sisa stok daging sapi tersebut juga akan dijual melalui gerai-gerai rumah pangan kita (RPK), hasil kerja sama Bulog dengan pelaku usaha perorangan atau koperasi.
"Kami sudah membuka 2.500 gerai RPK di seluruh Indonesia," ujar Wawan. Bulog memiliki target pendirian RPK ke depan di setiap RW agar masyarakat mudah menjangkau bahan kebutuhan pokok dan daging murah.
Kepala Subdivre Subang, Taufik Budi Nugroho, menyatakan kesiapannya menjual daging kerbau impor tersebut. "Kalau tidak ada halangan, mulai pekan depan kami sudah memasarkannya," ujarnya.
NANANG SUTISNA