TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes adalah penyakit sistemik. Banyak komplikasi penyakit yang bisa menyerang tubuh akibat tak terkontrolnya gula darah. Salah satunya adalah komplikasi pada mata, yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Dokter spesialis mata konsultan vitreo-retina, Rumita Kadarisman, mengatakan banyak pasien yang sudah lama terkena diabetes mengalami gangguan retina yang disebut retinopati diabetik. Hal ini terjadi karena gula darah yang lama tak terkontrol sehingga merusak pembuluh darah pada mata. Selain itu, kolesterol dan tekanan darah tinggi makin mempercepat proses terjadinya gangguan ini.
“Pembuluh darah retina bisa bocor atau terjadi penyumbatan sehingga kekurangan oksigen,” kata Rumita dalam acara seminar tentang edema makula diabetik di Jakarta, Kamis pekan lalu.
Kerusakan pada retina ini bisa sampai ke makula, yakni daerah dekat pusat retina mata yang peka cahaya dan menjadi kunci ketajaman penglihatan atau penglihatan yang rinci. Penyakit penglihatan karena masalah mokula ini disebut edema (pembengkakan) makula diabetik atau diabetic macular edema. Jika gangguan tersebut sudah menyerang, penderita akan mulai merasa pandangannya menjadi kurang tajam, buram, dan muncul bercak-bercak gelap pada penglihatan. Kalau tak ditangani dengan tepat, lama-lama akan menyebabkan kebutaan.
Baca: KPK Tahan Mantan Menteri Siti Fadilah
Riset Kesehatan Dasar 2013 Kementerian Kesehatan mencatat ada sekitar 6,9 persen atau 12,2 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas mengidap diabetes melitus. Dari jumlah itu, 20–25 persennya diperkirakan akan menderita retinopati diabetikum.
Menurut Rumita, gangguan ini tak bisa disembuhkan. Hanya bisa dicegah supaya tidak menjadi lebih buruk atau sedikit memperbaiki penglihatan. Pengobatannya mesti dilakukan seumur hidup dengan biaya yang tak murah.
Supaya terhindar dari penyakit ini, Rumita menyarankan, penderita diabetes rajin memeriksakan matanya. Untuk pasien diabetes tipe 1, direkomendasikan mulai memeriksakan mata sejak 3-5 tahun setelah terdiagnosis. Setelah itu, periksalah setahun sekali.
Sedangkan untuk pasien diabetes tipe 2, yang biasanya disebabkan oleh gaya hidup, harus langsung periksa mata setelah terdiagnosis. Musababnya, kebanyakan dari mereka tak tahu kapan mulai menderita penyakit ini. Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, 7 dari 10 penderita diabetes tak tahu bahwa ia mengidap penyakit tersebut. Setelah pemeriksaan pertama itu, Rumita menyarankan agar mata diperiksa tiap tahun.
Simak: 2020, Kecelakaan Lalu Lintas Ditargetkan Turun 50 Persen
Pemeriksaan kondisi mata seperti ini juga berlaku pada penderita diabetes yang sedang merencanakan kehamilan atau sedang hamil. Pengecekan disarankan dilakukan sebelum hamil dan pada awal trimester pertama. Setelah itu, bisa setiap 3–12 bulan sekali, tergantung kondisinya.
Dokter spesialis mata, Elvioza, mengatakan tujuan pengobatan untuk pasien diabetik mokula edema adalah mencegah kondisi retina yang memburuk agar penglihatan juga tetap stabil, mencegah memburuknya edema. Juga terapi pemulihan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan ketajaman visual dan memperbaiki edema.
Pengobatannya ditempuh dengan beberapa cara, seperti laser khusus yang dapat menutup kapiler bocor, mengurangi pembengkakan dan pemberian steroid. Ada pula pengobatan terbaru dengan terapi anti-VEGF untuk menghambat pembentukan pembuluh darah baru dan pembengkakan mukola. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi anti-VEGF lebih efektif dalam memperbaiki ketajaman penglihatan mata dibanding laser atau pengobatan steroid. “Semakin dini mendapatkan pengobatan, maka penglihatan pasien dapat terselamatkan,” katanya.
NUR ALFIYAH