TEMPO.CO, Bogor - PT Astra International Tbk (ASII) membukukan pendapatan Rp 132,29 triliun selama Januari hingga September. Kepala Hubungan Investor PT Astra International Tbk (ASII) Tira Ardianti mengatakan pendapatan tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Kinerja Astra selama sembilan bulan ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan kami turun terutama karena kontribusi dari bisnis kami, seperti agribisnis, United Tractors, dan otomotif," kata Tira di Hotel Rancamaya, Bogor, Jumat, 4 November 2016.
Selain itu, menurut Tira, pendapatan bersih Astra juga turun 6 persen sepanjang tahun ini. Penurunan itu diakibatkan kondisi makroekonomi yang masih belum mengalami perbaikan. "Bahkan, pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen," ucapnya.
Baca: Tak Punya Sumur Minyak, Mengapa Singapura Bisa Ekspor BBM?
Kondisi perekonomian domestik yang masih melemah, menurut Tira, berpengaruh signifikan terhadap bisnis yang dijalankan perseroan. Bisnis Astra sangat berdekatan dengan sektor riil ekonomi Indonesia. "Apa yang terjadi dengan ekonomi Indonesia pasti berpengaruh terhadap bisnis Astra."
Tekanan harga komoditas, menurut Tira, juga masih berlanjut. Walaupun harga batu bara mulai naik, dampak dari kenaikan tersebut masih belum terasa. "Bisnis komoditas juga bergantung pada Cina yang belum tumbuh dengan baik. Ini berpengaruh. Jualan motor dan mobil ikut turun karena sektor pertambangan turun," tuturnya.
Baca: Unjuk Rasa 4 November, Begini Nilai Tukar Rupiah Menurut BI
Menurut data dari Astra, pada sembilan bulan pertama tahun ini, total aset Astra mencapai Rp 249,97 triliun atau naik 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Net cash Astra di luar bisnis jasa keuangan mencapai Rp 5,47 triliun atau naik 429 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ANGELINA ANJAR SAWITRI