TEMPO.CO, Tuban - Sejumlah kecamatan dan desa-desa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Hujan deras pada Jumat hingga Sabtu dinihari, 12 November 2016, mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir bandang dan tanah longsor, pada Jumat malam hingga Sabtu dinihari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban telah mendata jumlah plengsengan dan tanggul yang jebol dilanda banjir.
Daerah yang terendam banjir, seperti Desa Mandirejo dan Desa Sendanghaji, Kecamatan Merakurak. Banjir bandang kiriman dari meluapnya Sungai Jambon, yang bermuara di dataran tinggi di Kecamatan Montong, pada Jumat malam hingga Sabtu dinihari. Banjir ketinggian sekitar 30 sentimeter merendam sedikitnya 45 rumah di dua desa berjarak sekitar 15 kilometer arah barat dari Kota Tuban.
Hujan deras juga mengakibatkan plengsengan di avour Jabon longsor hingga panjangnya lebih dari 15 meter. Dampaknya air sungai meluap dan menggenangi persawahan di Merakurak dan sekitarnya.
Banjir juga menggenangi Desa Ponco, Kecamatan Parengan, pada Jumat malam. Banjir setinggi 30-40 sentimeter berasal dari luapan Sungai Kenin, anak Sungai Bengawan Solo.
Selain itu, banjir menggenangi desa-desa di Kecamatan Soko. Dampak jalan pedesaan yang menghubungkan antara Desa Rahayu dan Dusun Losari, Desa Sokosari, Tuban bagian selatan, tergenang air. Pengendara sepeda motor, tak berani lewat karena takut mesin motornya mogok. ”Kami masih menghitung plengsengan yang jebol,” ujar Kepala BPBD Tuban Joko Ludiono, Sabtu, 12 November 2016.
Dampak dari hujan lebat di Tuban, warga di Kabupaten Bojonegoro, bagian selatan, bersiap-siap. Terutama yang bertempat tinggal di Kecamatan Trucuk yang dilewati Sungai Kening.
Menurut Kepala BPBD Bojonegoro Andi Sujarwo, Sungai Kening—anak Sungai Bengawan Solo—tetap menjadi perhatian serius warga. Alasannya, lebar Sungai Kening, hampir separuh dari Sungai Bengawan Solo. Artinya, jika Tuban dan Rembang, Jawa Tengah, hujan deras, maka air bisa mempengaruhi ketinggian Sungai Bengawan Solo. “Bisa banjir besar,” ujar Andi kepada Tempo, Sabtu, 12 November 2016.
Andi menyebutkan, saat hujan deras, permukaan Sungai Bengawan Solo, berada pada posisi siaga satu yaitu pada angka 13.58 tinggi permukaan atau peilschaal. Jika ada hujan lokal, otomatis ada tambahan air dari anak sungai. “Ini yang harus diwaspadai,” imbuhnya.
SUJATMIKO