TEMPO.CO, Washington DC - Kepala strategi Presiden AS terpilih Donald Trump tampaknya berpikir ada terlalu banyak imigran memimpin Silicon Valley.
Steve Bannon, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua eksekutif Breitbart News Network, mengisyaratkan beberapa pandangannya tentang pekerja asing di perusahaan teknologi.
Dalam sebuah wawancara antara Trump dan Bannon yang berlangsung tahun lalu, dan The Washington Post memunculkannya kembali Selasa, 15 November 2016, Bannon menyinggung gagasan bahwa mahasiswa asing seharusnya kembali ke negara masing-masing setelah mengikuti sekolah di AS, bukannya tinggal dan bekerja pada perusahaan teknologi di AS.
Trump menyuarakan keprihatinan bahwa siswa-siswa ini menghadiri sekolah Ivy League dan kemudian pulang ke negaranya. "Kita harus berhati-hati atas hal itu, Steve. Anda tahu, kita harus menjaga orang-orang berbakat kita di negara ini, "kata Trump.
Ketika ditanya apakah ia setuju, Bannon menjawab: "Ketika dua pertiga atau tiga-perempat dari CEO di Silicon Valley berasal dari Asia Selatan atau dari Asia, saya pikir. . . "dia tidak menyelesaikan kalimatnya. "Sebuah negara lebih dari sebuah ekonomi. Kita masyarakat sipil."
Sementara Bannon tidak secara eksplisit mengatakan apa-apa terhadap imigran, ia tampaknya mengisyaratkan gagasan identitas nasionalis putih dengan frase "masyarakat sipil."
Baca:
Misteri Kabut Pembunuh Massal di London Tahun 1952 Terungkap
ASUS A456UR, Andal dengan Prosesor Intel Generasi Ke-7
Vivo V5 Hadirkan Kamera Depan 20 Megapiksel
Sementara itu, CEO kelahiran luar AS, termasuk CEO Microsoft Satya Nadella, telah mencoba memadamkan kekhawatiran dari karyawan.
Dalam catatan pekan lalu, Nadella dan Microsoft mengucapkan selamat kepada Trump, sambil mengatakan bahwa komitmen perusahaan untuk "meningkatkan budaya beragam dan inklusif".
THE VERGE | ERWIN Z