TEMPO.CO, Mataram – Sebanyak 425 relawan Clean Up Rinjani dari 10 komunitas pencinta alam, TNI, Polri, dan pegawai negeri dilepas Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Amin berangkat bersih-bersih sampah pendaki di Pos Plawangan Gunung Rinjani, Sabtu, 10 Desember 2016.
Para relawan itu ditargetkan bisa membersihkan sampah di Plawangan Sembalun dan Plawangan Senaru. “Jumlahnya cukup banyak. Tiap relawan diberi penggaruk sampah, sapu lidi, dan karung untuk membawa turun sampahnya,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh. Faozal.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Agus Budi Santosa berujar, sebelum musim hujan tiba, tumpukan sampah sangat banyak. Setelah memasuki musim hujan, dia sebatas memantau dari Google. “Tampaknya sudah terlihat berkurang karena diduga hanyut terbawa air hujan,” ujarnya.
Kegiatan bersih-bersih itu dilakukan setelah kondisi tumpukan sampahnya sangat memprihatinkan. Rencananya, memasuki musim hujan seperti tahun sebelumnya, pendakian ditutup kembali demi keselamatan pendaki.
Rutin setiap Januari–Maret jalur pendakian ditutup, dan dibuka kembali 1 April 2017. Penutupan tetap dilakukan walaupun belum sebulan dibuka setelah ditutup akibat letusan anak Gunung Baru Jari. “Hujan, angin, petir, dan badai mengkhawatirkan,” ucap Faozal.
Muhammad Amin menyatakan kegiatan Clean Up Rinjani merupakan pekerjaan yang baik sekali. “Sekaligus meneguhkan Global Geopark Rinjani sebagai salah satu kelas dunia,” ucapnya.
Nantinya, sebelum pendakian dibuka kembali, juga akan dilakukan pembersihan sampah. Setiap pendaki bersama porter dan guide diwajibkan membawa turun sampah yang dihasilkannya selama pendakian.
Selama April–Desember 2016, jumlah pendaki yang menuju puncak Rinjani mencapai 89 ribu atau lebih banyak dibanding 2015, yang sebanyak 69 ribu pendaki. “Yang mengesankan, jumlah pendaki asingnya mencapai 42,69 persen,” ujarnya.
SUPRIYANTHO KHAFID