TEMPO.CO, Cirebon - Kesengsaraan diduga menjadi penyebab Dian Yuli Novi terlibat dalam jaringan teroris. Novi melewati masa kecilnya di Bandung. Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Watma. "Ayah Novi sekarang lumpuh," kata Watma.
Meski lumpuh, ayah Novi, Asnawi, 50 tahun, masih bekerja sebagai tukang tambal ban. "Kerja di rumahnya," kata Watma. Sedangkan ibunya, Dunyatin, 47, berjualan gorengan keliling dan baju bekas. Semua barang jualannya pun mengambil dari orang, bukan modal sendiri.
Baca:
Bom Bintara Bekasi: Kronologi Penangkapan Dian di Rumah Kos
Tersangka Teror Bom Bekasi Ungkap Rahasia Nikahi Dian Yulia
Profil 7 Terduga Teroris yang Akan Mengebom Istana Negara
Menurut Watma, kedua orang tua Novi asli penduduk Bakung Lor, tapi Novi tidak dibesarkan di desa tersebut. "Sebelumnya, ayah Novi berjualan pindang di Bandung," ujar Watma. Semua anggota keluarga Asnawi berada di Bandung. Novi dari SD hingga SMA bersekolah di Bandung.
Baru pada 2010 Asnawi memboyong keluarganya kembali ke kampung halamannya di Bakung Lor. "Saat ini Asnawi mengalami lumpuh," tutur Watma. Itu pula yang menjadi penyebab ia memutuskan pulang ke kampung halamannya. Sejak itu, mereka semua tinggal di Bakung Lor.
Baca Juga:
Dengan tujuan memperbaiki perekonomian keluarga, Novi akhirnya memutuskan menjadi TKW. "Ia juga sempat mengurus perizinan menjadi TKW ke pihak desa," kata Watma. Pada 2013, Novi berangkat ke Taiwan. Sejak itu, perekonomian keluarga Asnawi ditopang oleh kiriman uang dari Novi. "Apalagi empat adik Novi semua masih bersekolah."
Pulang dari Taiwan pada 2016, Novi diketahui sudah memakai cadar. Padahal sebelumnya tidak. "Tapi dia tidak pernah salat berjemaah di masjid bersama warga desa lainnya," ujar Watma.
Novi, yang sebelumnya memang sudah pendiam, justru semakin tertutup sejak mengenakan cadar. Baru beberapa bulan pulang, Novi sudah menghilang dari rumahnya. "Setelah itu kami dapat informasi dia menjadi guru, entah di mana," ucap Watma.
Mereka baru tahu keberadaan Novi setelah mendengar penangkapan terduga teroris. Saat itu, menurut Watma, warga benar-benar kaget. Watma tetap berusaha melindungi keluarga Asnawi. "Kasihan, nanti kesehatannya semakin memburuk," kata Watma.
Sekalipun penangkapan Novi sudah berusaha ditutupi oleh Watma, sebagai orang tua, Asnawi sudah mengetahui kondisi anaknya. "Bahkan keluarganya sempat meminta maaf kepada warga," tutur Watma. Keluarga Asnawi, menurut Watma, meminta maaf karena telah membuat malu semua warga. Bahkan mereka menduga kemiskinan yang menyelimuti keluarga mereka yang akhirnya membuat Novi nekat menjadi “pengantin” untuk bom bunuh diri di Jakarta.
"Kami semua di sini bahkan tidak ada yang tahu bahwa Novi sudah menikah. Termasuk orang tuanya sekalipun," kata Watma.
Adapun rumah kediaman Asnawi berjajar sekitar 600 meter dari balai desa dan berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah Dodi, pelaku bom buku beberapa waktu lalu.
IVANSYAH