Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Indonesia Dinilai Tak Serius Urus Anak Buah Kapal

Editor

Natalia Santi

image-gnews
Petugas menunjukkan bekas luka pada wajah seorang anak buah kapal yang bekerja di PT. PBR Benjina saat tiba di PPN Tual, Maluku, 4 April 2015. Sebanyak 323 ABK warga negara Mynamar, Laos, dan Kamboja diangkut menuju ke Tual. ANTARA/Humas Kementerian Kelautan Perikanan
Petugas menunjukkan bekas luka pada wajah seorang anak buah kapal yang bekerja di PT. PBR Benjina saat tiba di PPN Tual, Maluku, 4 April 2015. Sebanyak 323 ABK warga negara Mynamar, Laos, dan Kamboja diangkut menuju ke Tual. ANTARA/Humas Kementerian Kelautan Perikanan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Wajah Cassiem Augustus berkaca-kaca. Dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata. "Penghargaan ini tak berarti buat saya. Buat apa? Terkenal? Untuk apa, jika nasib anak-anak tidak berubah?" kata pria asal Cape Town, Afrika Selatan, pemenang Hassan Wirajuda Award 2016, penghargaan bagi mereka yang dianggap berjasa memajukan perlindungan warga negara Indonesia, itu.

Ditemui Tempo di sebuah hotel dekat Patung Tani, Jakarta, sebelum acara penghargaan pertengahan Desember lalu, pria kelahiran 1955 itu heran mengapa dirinya diwawancarai. "Saya heran mendapat penghargaan, saya tidak pernah berkata bagus kepada pemerintah Anda," kata dia.

Saat ini, Cassiem adalah inspektur International Transport Workers Federation (ITF) di Cape Town, Afrika Selatan. Menurut Kementerian Luar Negeri RI, Cassiem telah membantu anak buah kapal (ABK) WNI sejak 20 tahun yang lalu.

Dia tak ragu menampung para ABK yang mengalami permasalahan di rumahnya. Dia pun tak enggan merogoh koceknya sendiri untuk menanggung kebutuhan mereka.

Pada September 2013, Cassiem membantu Konsulat Jenderal RI di Cape Town untuk menangani 74 ABK yang ditelantarkan kapten kapal.

Saat ditemui Tempo, Cassiem mengaku, meski ke-74 ABK itu telah dipulangkan ke Indonesia, kasusnya belum selesai juga. "Ini sesuatu yang di luar kuasa saya, pemerintah Anda tampaknya tidak serius menangani masalah ini," kata dia.

Persinggungan Cassiem dengan derita para ABK jauh bermula saat dia masih bekerja di perkebunan buah. Saat itu dia melihat betapa sengsaranya para ABK yang bekerja di kapal-kapal, ketika menaikturunkan muatan. "Mereka sangat miskin, dari bajunya, tampak kelelahan," tutur Cassiem.

Betapa tidak. Dalam sebuah kapal berukuran 38 kaki dijejali 35 ABK, hanya ada satu toilet, dan mereka bekerja selama 18-24 jam sehari. Setelah itu, mereka hanya diberi semangkuk mi instan. Jika tidak mau menerimanya, mereka tidak diberi makan sama sekali.

Menurut Cassiem, rata-rata para ABK tidak berpendidikan, tidak bisa berbahasa Inggris, ataupun bahasa para kapten kapal, biasanya Cina atau Taiwan. Mereka terjebak dalam kontrak, yang kadang ditulis dalam bahasa Cina, dan diberi cap jempol saja.

"Anda tahu apa bahasa yang digunakan di atas kapal? Bahasa pukulan!" ujar Cassiem. Para ABK juga tidak mendapat perawatan kesehatan jika mengalami kecelakaan kerja.

"Saya sering mendapati awak yang kehilangan tangan karena tidak paham bagaimana menggunakan alat kerja," kata Cassiem. "Saya bukan manusia jika tidak membantu mereka," kata dia berkaca-kaca.

Rata-rata ABK bertahan karena berharap dapat uang. Padahal, sering kali uang itu tidak dikirimkan agen perekrut kepada keluarga. Atau, kalaupun mereka memiliki sedikit uang, habis untuk membeli air minum, sedikit biskuit atau rokok yang semuanya dijual di atas kapal. Hal itu menimpa tidak saja ABK dari Indonesia, tapi juga banyak negara.

Cassiem mengaku bekerja sama erat dengan perwakilan RI jika terjadi masalah dengan ABK. Dia melapor ke KBRI atau KJRI, namun sering kali laporan itu kembali lagi padanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Pemerintah Anda melindungi warga Burma yang menjadi korban perdagangan manusia, itu bagus," kata Cassiem, merujuk kasus perbudakan di Benjina, Tual, Maluku, beberapa waktu lalu. "Tapi mengapa pemerintah Anda tidak melindungi warga Anda sendiri di Johannesburg?"

Cassiem merujuk pada 74 ABK WNI yang ditolongnya pada Desember 2013 karena menjadi korban perbudakan pemilik kapal di Cape Town.

Nasib mereka terungkap ke publik setelah media setempat memberitakannya. Sebelumnya, pemerintah setempat menangkap para pemilik kapal tersebut dengan tuduhan mencuri ikan.

Nasib nahas dialami ABK asal Indonesia karena tak memiliki dokumen. Hal itu menyebabkan mereka tak bisa meninggalkan kapal dan hidup di sana selama tiga bulan. Makan dan minum sehari-hari mereka dapatkan dari pemberian warga setempat.

Para awak kapal itu tidur berdesak-desakan di ruang yang pengap, kotor, dan berbau solar. Di sana hanya ada satu toilet untuk 12 orang. Para ABK terpaksa minum dari pompa yang sama dengan pompa minyak. "Kondisinya sangat tidak manusiawi," ucapnya.

Para ABK itu tidak digaji meski telah bekerja selama 20 jam sehari. "Ini perbudakan di laut." Meski ke-74 ABK telah dipulangkan ke Indonesia, hingga kini kasusnya belum selesai.

Cassiem menyebutkan sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia yang akan langsung bersuara jika terjadi masalah dengan warga negara mereka. Menurut dia, hal pertama yang harus dilakukan pemerintah Indonesia adalah meratifikasi Konvensi Badan Perburuhan PBB (ILO) soal Bekerja di Dunia Perikanan (Work in Fishing Convention C 188 ).

Paling tidak, menurut Cassiem, di situ ada aturan soal pendidikan bagi ABK, dan kondisi kerja yang harus dipatuhi pemilik kapal.

Elly Kamsir, penerima Hassan Wirajuda Award lainnya, seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Mauritius, juga menyatakan pentingnya ABK memahami kontrak yang ditandatanganinya.

Hal senada disampaikan Yoshi Iskandar, diplomat di KBRI Nairobi, juga pemenang dari Kategori Pemerintah. Para ABK mengalami penderitaan karena tidak tahu apa yang bakal dihadapinya di laut lepas. Juga tidak tahu apa yang ditandatanganinya saat akan bekerja.

"Saya saja yang bisa berbahasa Inggris merasa ngeri kalau berhadapan dengan aparat keamanan, apalagi mereka," kata Elly, yang membantu menjadi penerjemah bagi para ABK WNI yang bermasalah di Mauritius sejak 1995.

YOHANES PASKALIS  | NATALIA SANTI

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

36 hari lalu

Dua ekor anak singa Afrika (Panthera leo), Baha dan Gia beristirahat bersama induk mereka di Bandung Zoological Garden, Jawa Barat, Senin, 3 Januari 2022. Anak singa berkelamin jantan dan betina tersebut lahir dari indukan bernama Tera dan Melin. TEMPO/Prima Mulia
Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.


Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

42 hari lalu

Danau Malawi. (Youtube.com/Malawi Travel)
Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

Baru-baru ini, Malawi menerapkan bebas visa masuk untuk 79 negara


Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

45 hari lalu

Penumpang tiba untuk mengambil bagasi mereka saat pembatalan penerbangan, di Bandara Internasional Midway di Chicago, Illinois, AS, 22 Desember 2022. Berdasarkan situs FlightAware, ada lebih dari 2.350 penerbangan di Amerika Serikat yang telah dibatalkan dan 2.120 penerbangan pada Jumat, 23 Desember 2022, dibatalkan. REUTERS/Matt Marton
Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

Keberadaan bangkai monyet itu diketahui setelah seekor anjing Bea Cukai mengendus sesuatu yang tidak biasa di bagasi seorang pelancong dari Afrika.


Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

KAA, Bendera nasional Liberia. Wikipedia.org
Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah


Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

16 Januari 2024

Presiden Republik Liberia Ellen Johnson Sirleaf. TEMPO/Aditia Noviansyah
Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

Tepat 16 Januari 18 tahun yang lalu, Ellen Johnson Sirleaf dilantik menjadi presiden perempuan pertama Liberia. Berikut perjalanan hidup Ellen Sirleaf


Paus Fransiskus Pertahankan Pemberkatan Pasangan Sesama Jenis, Ini Alasannya

15 Januari 2024

Paus Fransiskus. REUTERS/Remo Casilli
Paus Fransiskus Pertahankan Pemberkatan Pasangan Sesama Jenis, Ini Alasannya

Paus Fransiskus mempertahankan keputusan penting yang menyetujui pemberkatan bagi pasangan sesama jenis


Kenya akan Hapus Visa bagi Semua Tamu Asing

13 Desember 2023

Anggota komunitas adat Samburu tiba untuk menghadiri Pekan Budaya Maa yang pertama yang dijuluki Festival Maa yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, pariwisata, dan pertukaran budaya ketika rusa kutub (Connochaetes taurinus) melakukan migrasi lintas batas tahunan mereka di desa Sekenani, di Maasai Mara Cagar Nasional, di Kabupaten Narok, Kenya 22 Agustus 2023. REUTERS/Thomas Mukoya
Kenya akan Hapus Visa bagi Semua Tamu Asing

Pengunjung ke Kenya dari seluruh dunia tidak lagi memerlukan visa mulai Januari 2024, kata Presiden William Ruto


Rusia Kirim Gandum Gratis ke Negara-negara Afrika

2 Desember 2023

Sebuah tongkang yang membawa gandum Ukraina ditambatkan untuk dibongkar di terminal gandum COMVEX di pelabuhan Constanta, di Constanta, Rumania, 1 Agustus 2022. Foto Inquam/George Calin via REUTERS
Rusia Kirim Gandum Gratis ke Negara-negara Afrika

Setelah menarik diri dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative, Rusia memutuskan mengirimkan sendiri gandum ke negara-negara miskin di Afrika


Promosikan Bali, Pria Ini Bermotor dari Afrika ke Eropa Seorang Diri

20 November 2023

Ida Bagus Ngurah Wijaya, solo rider, saat berkeliling Asia dan Amerika untuk promosikan Bali (Instagram/@ngurahwijayajourney)
Promosikan Bali, Pria Ini Bermotor dari Afrika ke Eropa Seorang Diri

Pada 2016, Ida Bagus Ngurah Wijaya memulai misinya berkendara tunggal keliling Asia hingga Amerika dan singgah di 27 negara untuk promosi Bali.


Destinasi Wisata di Maroko Jangan Lewatkan Petualangan di Gurun Sahara

18 November 2023

Gurun Sahara Maroko. Foto: Travel Triangle.
Destinasi Wisata di Maroko Jangan Lewatkan Petualangan di Gurun Sahara

Maroko merupakan negeri yang terletak di ujung barat laut Afrika. Berikut beberapa destinasi wisata unggulan di sana, salah satunya Gurun Sahara.