TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy meyakini konflik internal dalam partainya akan selesai setelah pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Menurut Romy—sapaan akrabnya—konflik internal kepengurusan PPP yang melibatkan Djan Faridz memanas menjelang pemberian dukungan bagi calon kepala daerah di Ibu Kota.
”Persoalan PPP adalah persoalan pilkada DKI. Itu memiliki relevansi karena memang gelombang naiknya menjelang pilkada. Kalau pilkada DKI sudah berakhir, persoalan PPP tidak akan muncul lagi,” kata Romy saat peringatan hari lahir ke-44 PPP di Jalan Tebet Raya IX, Kamis malam, 5 Januari 2017.
Romy menjelaskan, partai berlambang Ka’bah tersebut sudah mencapai rekonsiliasi pada Muktamar VIII pada April 2016. Muktamar yang dibuka langsung Presiden Joko Widodo, kata Romy, membuat muktamar islah tersebut rekonsiliatif. “Semua berlangsung tenang rekonsiliatif dan beberapa yang berada di kubu Djan Faridz menjadi peserta dalam muktamar,” tuturnya.
Sebelumnya, PPP kubu Djan Faridz, yang menempati kantor DPP PPP Jalan Diponegoro, Menteng, mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Ini berbeda dengan PPP kubu Romy, yang mendeklarasikan dukungan buat pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. PPP tergabung dalam koalisi bersama Partai Demokrat, PKB, dan Partai Amanat Nasional.
Romy meyakini internal partai akan berangsur normal setelah pilkada DKI Jakarta. “Kami yakin dan optimistis pada peradilan berikutnya akan kembali normal. Nanti akan selesai dengan sendirinya setelah pilkada,” ucapnya.
PPP, kata Romy, bakal terus berfokus pada konsolidasi internal. Sebab, PPP menargetkan masuk menjadi tiga besar partai pemenang dalam Pemilihan Umum 2019. Ia mengakui konflik internal bisa menghambat target tersebut. “Kami berfokus menyatukan di dalam. Kalau pilkada selesai, akan ada speed-up dan bagi partai lain tidak akan pernah memperhitungkan PPP akan cepat seperti ini,” ujarnya.
ARKHELAUS W.