TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meminta operator Blok Masela di Laut Arafura, Inpex, melakukan studi pre front-end engineering design (pre-FEED). Tujuannya adalah mengetahui skema terbaik supaya gas bisa segera disedot. "Kalau perlu, besok Inpex sudah bisa memulai studi," ujar Arcandra, di Jakarta, Selasa, 17 Januari 2017.
Pemerintah dan Inpex menyepakati produksi gas Lapangan Abadi tersebut mencapai 10,5 juta ton juta ton per tahun (metrik ton per annual/MTPA) dengan kilang darat. Namun kedua belah pihak belum menyepakati skema pengembangannya karena mengerucut pada dua opsi. Dua pilihan itulah yang perlu dikaji kelayakannya oleh kontraktor.
Opsi pertama, gas disedot lalu dijual dalam bentuk cair (liquid natural gas) di kilang berkapasitas 7,5 MTPA. Sisanya, 474 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 3 juta MTPA, disalurkan melalui pipa atau CNG (compressed natural gas).
Baca : Konsumsi Pertalite Meningkat, Premium Menurun
Adapun opsi kedua adalah pengembangan gas pipa sebesar 150 MMSCFD (1 MTPA). Sebagian besar produksi diarahkan ke dalam bentuk LNG sebanyak 9,5 MTPA.
Arcandra lebih condong memilih skema pertama. Dengan demikian, tutur dia, industri petrokimia lebih berpeluang untuk tumbuh. Saat ini, hanya ada satu industri penghasil polietilen dan polipropilen, bahan baku pabrik plastik, yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). "Thailand punya tujuh," ujarnya.
Ia mengakui sedikitnya industri penyerap juga mempengaruhi kepastian penjualan gas. Itulah masalah yang menurut Arcandra harus dipecahkan Inpex dalam studi. Jika sebagian besar gas diproduksi untuk LNG, Arcandra khawatir hasil bumi Indonesia justru dinikmati oleh importir gas. Dia memprediksi gas sebanyak itu justru dinikmati Jepang.
Baca : Pemerintah Bahas Permintaan Inpex Untuk Garap Masela
Inpex juga diminta mengkaji lokasi terbaik untuk penempatan kilang. Dua tempat yang saat ini dianggap layak adalah Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Aru. Pemerintah menolak permintaan Inpex, yang mengusulkan penggantian masa produksi selama 10 tahun.
Juru bicara Inpex, Usman Slamet, mengatakan perusahaan justru sedang menunggu jawaban pemerintah soal usul pengembangan proyek ini. Surat terakhir dikirim Inpex kepada Kementerian Energi pada 6 Januari 2017. "Kami terus bertemu dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk membahas kondisi yang dibutuhkan agar proyek Abadi mencapai keekonomian proyek yang baik," katanya.
Proyek gas Masela merupakan proyek strategis karena saat ini tidak ada produksi gas baru yang signifikan. Permintaan yang terus naik membuat Indonesia terancam mengimpor gas hingga 1.777 MMSCFD pada 2019.
ROBBY IRFANI