TEMPO.CO, Bandung - Sepatu merupakan kebutuhan utama untuk menunjang penampilan. Selain nyaman dipakai dan kuat, sepatu juga sebaiknya enak dilihat dan mudah dipadupadankan dengan busana. Kini beragam jenis dan model sepatu yang tersedia di pasaran, mulai dari sepatu kulit yang mengesankan penampilan elegan, sepatu plastik, sampai bahan bercorak yang biasanya dipakai anak muda.
Bahan dasar pembuatan sepatu, seperti kain dan kulit mungkin sudah biasa dijumpai, namun Anda perlu tahu satu lagi bahan pembuat sepatu, yakni dari bahan sisa kain batik. Salah satu pembuat sepatu dari limbah batik ini adalah sebuah produsen di Bandung, Kulkith.
Baca juga:
Resep Bikin Es Batu Unik dan Menarik
Mantan Kontestan Miss World Ini Kini Tampil Berhijab
Trik Anastasia Siantar Tampil Elegan dengan Tank Top
Agnes Tandia, penggagas sepatu unik itu menceritakan ide ini berawal ketika dia bersama dua temannya membuat usaha jaket batik semasa kuliah. Ketika itu, Agnes melihat banyak sekali sisa kain batik yang tidak terpakai dengan corak yang bagus. Sayang jika corak batik yang apik itu teronggok di tempat sampah, akhirnya Agnes mmemanfaatkannya untuk dibuat menjadi sepatu.
Menurut Agnes, sepatu menjadi media yang paling cocok untuk kain perca batik karena potongannya terlalu kecil dan tak simetris. “Sisa batik dari potongan jaket itu kecil-kecil, sedangkan kalau dibuang sayang,” ujar lulusan Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, itu.
Pada awal pembuatan sepatu Kulkith di pertengahan 2009, Agnes hanya memproduksi dalam jumlah sedikit yang dia pasarkan kepada teman-teman dan kerabat. Setelah beberapa waktu, terlihat minat masyarakat terhadap produknya cukup tinggi, hingga ia memutuskan untuk fokus dalam pembuatan produk alas kaki tersebut.
Selain memanfaatkan limbah, Agnes ingin memperkenalkan bahwa batik tidak hanya digunakan dalam produksi pakaian resmi saja, melainkan bisa diaplikasikan pada asesori dan sepatu untuk menunjang penampilan. “Ini bagus untuk anak muda sekaligus membantu melestarikan aset budaya negara sendiri,” ujarnya.
Kini Agnes tidak hanya memproduksi sepatu berbahan dasar kain perca batik, tapi juga memakai kain tenun dan ikat untuk menambah variasi model pada sepatu buatannya. Untuk batik, Agnes lebih banyak menggunakan kain batik Cirebon dan Garut, sedangkan tenun diambil dari tenun khas Lombok.
Pada setiap desain sepatu yang dia buat tersedia sekitar tiga corak yang bisa dipilih, tergantung konsep yang digunakan. Agnes menambahkan, produk dari perca batik dan tenun membuat produknya eksklusif karena motif yang dipakai tak banyak diproduksi dan selalu dalam pengawasannya alias didesain sendiri dan dikawal hingga sampai ke tangan pelanggan.
Pembuatan sepasang sepatu Kulkith, menurut Agnes, memakan waktu 1-2 minggu melalui proses perancangan yang dia lakukan sendiri, pemilihan bahan secara manual, membuat produk uji coba, evaluasi, dan produksi masal yang dikerjakan oleh tukang.
Agnes memasarkan produknya melalui Instagram kulkithshoes dan laman www.kulkithshoes.com dengan harga mulai Rp 180-260 ribu. Lantaran menggunakan jejaring online, pelanggan Agnes berasal dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan Malaysia, dengan pangsa pasar remaja hingga dewasa berusia 18-30 tahun.
Supaya alas kaki batik tak cepat rusak atau luntur, Agnes berbagi kiat merawat produk buatannya. “Kalau dicuci pakailah sampo atau sabun cuci piring yang konsentratnya tidak terlalu keras untuk kain,” ujarnya.
DWI RENJANI
Berita lainnya:
5 Cara Jadikan Senin Hari yang Favorit
Tak Sadar, Kamu Jadi Korban 8 Kekerasan Psikis Pasangan
Ragam Penjepit Jilbab yang Aman dan Tak Bikin Hijab Rusak