TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Tegus Hendrawan mengatakan pihaknya kesulitan mengatasi banjir yang menggenang di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 Jakarta di kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Air setinggi 70 sentimeter merendam gedung sekolah tersebut. Air dari luapan Kali Ciliwung masuk sejak Kamis, 16 Februari 2017, pukul 02.00.
Menurut Teguh, banjir yang merendam SMAN 8 Jakarta terjadi karena program normalisasi Kali Ciliwung belum rampung 100 persen. Teguh menuturkan proses normalisasi masih terhambat oleh pembebasan lahan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemilik lahan.
Baca: SMAN 8 Jakarta Banjir 70 Sentimeter, Sekolah Diliburkan
”Untuk banjir SMAN 8 Jakarta, kami akui saja. Saya sampaikan tadi, program pengerjaan Kali Ciliwung pada tahun keempat ini, pencapaiannya baru 40 persen,” kata Teguh saat dijumpai di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Februari 2017.
Hambatannya, kata Teguh, terkait dengan pembebasan lahan yang belum rampung. Selain itu, gugatan masyarakat yang tidak bersedia lahannya ditertibkan juga masih terus bergulir sehingga genangan air masih diprediksikan akan merendam sejumlah titik yang belum ditata.
”Ini perlu dimaklumi. Karena, kalau dulu, banjir baru tiga hari (surut), tetapi ini dua jam sudah bisa kering. Perbedaannya jauh,” ujar Teguh.
Hujan deras pada Rabu malam, 15 Februari 2017, di bagian hulu Kali Ciliwung menyebabkan kenaikan tinggi muka air di Katulampa mencapai 15 sentimeter sehingga masuk pada level siaga 2 atau kritis. Biasanya, kalau sudah masuk level siaga 2, SMAN 8 Jakarta akan terkena imbasnya.
Setiap musim hujan dan Bendung Katulampa berada dalam status siaga 2, kawasan Bukit Duri selalu terendam air. Pimpinan SMAN 8 telah membuat tanggul dan bersama orang tua membuat satuan tugas penanganan banjir. Namun, pada banjir kali ini, tanggul itu terlimpas air dari Sungai Ciliwung.
LARISSA HUDA