TEMPO.CO, Manila - Bekas pemimpin Filipina, Benigno Aquino, turun ke jalan di Manila, Sabtu, 25 Februari 2017, bergabung bersama ribuan orang guna menentang sikap brutal Presiden Rodrigo Duterte terhadap begundal narkoba.
Para demonstran berkumpul di dekat markas besar kepolisian nasional sambil berteriak memperingatkan Duterte bahwa tindakan keras yang akan dilakukan bakal dibalas dengan kekuatan rakyat, people power, sebagaimana yang pernah terjadi saat penggulingan Ferdinand Marcos pada 31 tahun lalu.
"Kami melihat persoalan ini sangat serius. Kami memperingatkan orang-orang kita mengenai ancaman munculnya fasisme," kata pemimpin demonstran Bonifacio Ilagan kepada AFP.
Ilagan, seorang mantan aktivis pernah menjalani siksaan di dalam penjara selama dua tahun di masa pemerintahan Marcos pada 970-an.
Duterte, 71 tahun, memenangkan pemilihan presiden tahun lalu, dalam setiap kampanyenya menjanjikan menumpas siapapun yang terlibat dalam perdagangan atau pemakaian obat bius. Obat haram itu, menurutnya, telah membunuh puluhan ribu orang.
Dia melakukan tindakan keras setelah dilantik pada Juni 2016. Sejak itu, Al Arabiya melaporkan, kepolisian Filipina telah membunuh 2.555 orang-orang yang terlibat dalam perdagangan obat bius.
Aquino yang mengenakan kaos hitam pada aksi jalanan itu mementang keras Duterte karena memenjarakan Senator Leila de Lima lantaran kerap mengritik Duterte.
Perempuan itu ditahan pada Jumat, 24 Februari 2017. Dia bakal terancam hukuman seumur hidup bila terbukti terlibat dalam perdagangan obat bius.
De Lima, bekas Menteri Kehakiman di masa pemerintahan Aquino, mengatakan, penahanan dirinya adalah sebuah aksi balas dendam Duterte yang pernah menjadi pemimpin regu mematikan selama dia menjadi walikota di Kota Davao.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN