TEMPO.CO, Jakarta - Tidak mesti mengandalkan lampu untuk membuat terang seisi rumah. Buatlah bukaan pada bagian bangunan guna mendapatkan pencahayaan alami. Selain menggunakan jendela, cahaya dapat dimunculkan dengan menghadirkan skylight.
Skylight adalah lubang bukaan cahaya yang berada di bagian atap bangunan. Biasanya skylight dibuat menggunakan material bening yang memudahkan cahaya matahari masuk ke ruangan. Sebetulnya skylight bukanlah hal baru di dalam arsitektur karena bangunan tradisional ataupun masa kini sudah menerapkannya.
Seiring waktu, penggunaan skylight mulai ditinggalkan ketika mulai ditemukannya lampu dan listrik. Namun masifnya penggunaan energi dan seruan go green membuat orang berpikir untuk mencari cara lain demi menghemat energi seperti skylight. Semakin cermat penghuni memanfaatkan pencahayaan alami, tentu kebutuhan energi hunian tersebut lebih rendah.
Skylight setidaknya mengurangi ketergantungan bangunan terhadap lampu. Bukan rahasia lagi, lampu merupakan salah satu penyumbang borosnya energi di rumah tangga selain perabotan.
Arsitek Sigit Kusumawijaya mengatakan penggunaan skylight sebaiknya disesuaikan dengan kondisi rumah atau bangunan. Bila rumah tersebut berada di wilayah yang memungkinkan untuk mendapatkan pencahayaan alami lewat jendela lebar, skylight tak begitu diperlukan.
Skylight bukan semata urusan memasukkan cahaya sinar matahari ke bangunan, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan artistik bangunan. Sejauh ini, skylight banyak diterapkan di rumah bergaya minimalis. Namun bukan berarti rumah bergaya lainnya tidak dapat menerapkan hal itu.
Menurut Sigit, rumah bergaya klasik dan tradisional bisa menerapkan skylight. Apalagi tak sedikit bangunan tradisional yang lebih dulu menggunakan konsep skylight untuk pencahayaan di dalam ruangan.
Berita lainnya:
Ini Arti Make-up bagi Angel Pieters
Michelle Obama Punya Pesaing Penggemar Fashion
Cek Kebiasaan yang Bikin Kerjaanmu Tak Juga Tuntas