TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Malang Umar Usman mengagumi sosok KH Hasyim Muzadi. Sebab, Hasyim memulai menjadi pengurus NU dari bawah.
"Mulai jadi Ketua Ranting NU Bululawang," kata Umar, Jumat, 17 Maret 2017.
Karena konsistensi dan komitmennya dalam membangun organisasi, perlahan-lahan Hasyim menjadi pengurus cabang, pengurus wilayah, dan Ketua Umum Pengurus Besar NU. "Beliau contoh kader asli yang berangkat dari bawah," ucapnya.
Baca: Gaya Ceramah KH Hasyim Muzadi, Mahfud Md.: Kocak Tapi Penuh Makna
Selain itu, pandangannya dijadikan acuan. Hasyim mampu menangkap isu nasional dan internasional secara lengkap, termasuk ancaman ekstremis kiri dan kanan yang menjadi pesan terakhir sebelum berpulang.
"Mengenai bahaya ekstremis kiri dan kanan, saya juga mendukung," ujarnya. Dia berharap semua pihak terlibat mengantisipasi hal itu untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat.
Bahkan Hasyim juga dipercaya menjadi Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP). Kiprah Hasyim, menurut dia, nyata sebagai tokoh perdamaian dan pluralisme.
Baca: Muhammadiyah: KH Hasyim Muzadi Sosok Santun
Hasyim tutup usia pada Kamis, 16 Maret 2017, pukul 06.15 WIB. Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Lavalette, Malang, sebelum pindah ke kediamannya. Jenazah Hasyim diberangkatkan dari Malang untuk dimakamkan di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok.
Pria kelahiran 8 Agustus 1944 itu sempat mengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang. Dia menuntaskan pendidikannya di Institut Agama Islam Negeri Malang pada 1969.
Hasyim pun sempat mendampingi Megawati Soekarnoputri sebagai calon wakil presiden pada Pemilihan Umum 2004. Mereka kalah oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di putaran kedua.
EKO WIDIANTO | YOHANES PASKALIS
Baca: Cerita Santri Khatam Quran untuk KH Hasyim Muzadi
Video Terkait:
KH Hasyim Muzadi: Ulama, Dosen, Politisi