TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta secara resmi memulai pembenahan Lapangan Banteng di Jakarta Pusat, 17 Maret 2017. Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan pemerintah Jakarta ingin menjadikan lahan seluas 10 hektare itu sebagai arena olahraga anak muda. “Ini harus menjadi primadona masyarakat untuk menghabiskan waktu,” kata dia.
Menggunakan istilah revitalisasi untuk proyek ini, Sumarsono menjelaskan mereka ingin memperkuat sumbu timur-barat dan utara-selatan tanpa mengubah desain awal yang dibuat oleh arsitek Frederich Silaban.
Ada tiga pekerjaan utama yang hendak dilakukan di tiga zona. PT Han Awal and Partners Architect yang merancang desainnya, yakni pembangunan pagar, pembangunan lapangan olahraga, serta perbaikan Monumen Pembebasan Irian Barat sekaligus pengerjaan taman.
Baca: DKI Revitalisasi Lapangan Banteng, Sumarsono: Titipan Pak Ahok
Monumen Pembebasan Irian Barat yang berada di zona utama akan dikelilingi kolam dan pelataran. Di ujung pelataran, ada bangunan berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi sebagai amphitheater. Area ini bisa digunakan untuk konser musik dan peragaan busana.
Zona dua merupakan zona olahraga yang akan terbuka selama 24 jam. Area itu berisi lapangan sepak bola, lapangan basket, dan lapangan serbaguna. Taman bermain anak juga ada di zona tersebut. Sedangkan zona terakhir berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.
Ini merupakan revitalisasi pertama Lapangan Banteng sejak diresmikan pada 1963. Total anggarannya Rp 60 miliar, yang berasal dari corporate social responsibility. “Sepenuhnya dari swasta,” kata Kepala Dinas Kehutanan Djafar Muchlisin.
Djafar mengatakan dana pembangunan pagar senilai Rp 6,4 miliar berasal dari kompensasi pelampauan koefisien lantai bangunan yang diajukan warga Jakarta bernama Rahadi Santoso dan Irma Rahadi Santoso. Sedangkan dana untuk lapangan olahraga berasal dari PT Rekso Nasional Food senilai Rp 6,2 miliar.
Baca: Biaya Revitalisasi Lapangan Banteng Rp 60 M, Ini Perinciannya
Adapun dana perbaikan Monumen Pembebasan Irian Barat dan taman, Djafar mengatakan, datang dari Sinar Mas Land. Nilainya Rp 42 miliar. Revitalisasi ketiga zona itu akan rampung pada akhir tahun ini.
Managing Director Sinar Mas Group, Gandhi Sulistyo, membenarkan adanya kompensasi itu. Anak perusahaan Sinar Mas, PT Sinar Mas Teladan, mengajukan peningkatan koefisien lantai untuk proyek Lot 18 di Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. “Kami menunggu arahan pemerintah tentang bentuk dan nilai kompensasinya,” ujarnya.
Lantaran merupakan tempat bersejarah, perbaikan Lapangan Banteng terlebih dulu melewati Sidang Pemugaran DKI Jakarta. Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta Bambang Eryudhawan mengatakan salah satu poin utama yang wajib dipertimbangkan pemerintah adalah area Monumen Pembebasan Irian Barat. Tim mewanti-wanti agar pembuatan kolam di sekelilingnya tak sampai merusak monumen.
Tim Sidang Pemugaran, kata Bambang, juga melarang penggunaan rumput sintetis. Mereka ingin anak-anak dan remaja yang berolahraga bisa menikmati lapangan berumput asli. “Anak Jakarta butuh kenal rumput,” kata dia.
LINDA HAIRANI