TEMPO.CO, Jakarta - WWF Indonesia dan Yayasan Reef Check Indonesia melaksanakan ekspedisi laut di kawasan konservasi perairan Alor dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Lesser Sunda Project Leader WWF Indonesia Muhammad Erdi Lazuardi mengatakan ekspedisi ini bertujuan melihat status dan perubahan ekosistem terumbu karang serta mengevaluasi dampak ekologi pengelolaan kedua kawasan konservasi.
Baca: Teliti Biodiversitas, LIPI Gelar Ekspedisi ke Dua Daerah Ini
Menurut Erdi, kawasan konservasi perairan ditetapkan untuk memastikan bahwa pengelolaannya benar. “Perlu melakukan pemantauan berkala untuk mengukur kondisi biofisik, khususnya pada terumbu karang sebagai aset utama alam,“ kata Erdi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017. Ia berharap ekspedisi bermanfaat secara ekologis, ekonomi, dan sosial.
Baca: Ekspedisi Pulau Terdepan Indonesia Dilanjutkan
Erdi menuturkan, pada 16 Juni 2015, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Alor seluas 276,6 ribu hektare resmi ditetapkan dengan nama Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun 2015. Pada Juni 2013, KKPD Flores Timur seluas 150 ribu hektare resmi dicadangkan dengan nama SAP Flores Timur.
Menurut dia, kedua kawasan dikenal memiliki kekayaan hayati perikanan yang tinggi dan banyak dimanfaatkan untuk wisata bahari. Ia menambahkan, dari total sembilan kawasan konservasi perairan yang ada di NTT, tiga di antaranya berstatus dicadangkan.
Kepala Seksi Pengelolaan dan Penataan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur Izaak S. Angwarmasse mengatakan pemerintah menargetkan menetapkan dua kawasan konservasi, yaitu SAP Flores Timur dan KKPD Teluk Maumere. “Hasil evaluasi dampak ekologi dari ekspedisi ini akan digunakan untuk menyusun program, rencana pengelolaan, dan zonasi kawasan,” ujarnya.
Erdi berharap ekspedisi ini dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya laut di SAP Selat Pantar Alor ataupun SAP Flores Timur. Tim ekspedisi, kata dia, akan mendata 73 titik ekologi di sekeliling Pulau Alor, Pantar, Lembata, Adonara, Solor, dan sebagian Flores Bagian Timur.
Selain WWF Indonesia, kata Erdi, dalam tim ini juga tergabung para peneliti dari DKP Provinsi Nusa Tenggara Timur, DKP Kabupaten Alor, dan DKP Kabupaten Flores Timur. Ada pula tim dari Universitas Muhammadyah Kupang dan University Consortium for Sustainable Fisheries (Uniconsufish) Provinsi Nusa Tenggara Timur.
ARKHELAUS W.