TEMPO.CO, Pontianak - Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memperingati Earth Hour dengan rangkaian kegiatan bersepeda keliling kota sejauh 10 kilometer, Sabtu, 25 Maret 2017. Peringatan keenam ini diikuti oleh ratusan peserta dan dipusatkan di Taman Alun Kapuas. “Kegiatan ini didukung instansi pemerintah dan dunia usaha,” kata Koordinator Earth Hour Pontianak.
Hotel dan Restoran yang terhimpun dalam Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Barat memastikan mengikuti gerakan penghematan energi dengan mematikan listrik. “Setiap restoran juga menggunakan instalasi pengelolaan air limbah, sehingga tidak mencemari parit,” kata Ketua PHRI Yuliardi Qamal.
Baca: Earth Hour, Soekarwo Ajak Warga Jatim Padamkan Listrik Satu Jam ...
Serangkaian aksi telah dilakukan sebelum perayaan puncak Earth Hour. Mulai dari kampanye di sekolah-sekolah, tempat-tempat umum, penanaman bibit pohon dan bakau, membagikan tas belanja, bersih-bersih parit, hingga kunjungan ke media.
Fokus utama kampanye di sekolah adalah isu sampah. Ini dilakukan untuk mendukung upaya #PontianakBebasSampah 2020, program pemerintah kota. Earth Hour Pontianak juga melakukan Gerakan #SejutaAksi reuseable bag atau tas belanja yang dapat digunakan kembali. “Ini titik awal dari kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik sebagai salah satu solusi mengurangi sampah,” katanya.
Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menambahkan pemerintah sangat mendukung gerakan ini. “Gaya hidup hemat energi diharapkan terus dilakukan oleh masyarakat.” Termasuk membawa kantong belanja ke manapun untuk mengurangi penggunaan kantong plastik harus terus digalakkan.
Baca juga:
Bagikan 1.158 Sertifikat Lahan Gratis, Jokowi: Jangan Buat Mobil
RSUD Iskak Tulungagung Luncurkan Layanan Jantung Tercepat
Yang paling penting untuk dijadikan pemahaman bersama adalah Earth Hour merupakan gerakan mengajak orang banyak untuk berperilaku hemat energi. Ada simbol pemadaman lampu selama satu jam setiap tahunnya, bukan pemadaman aliran listrik. Hanya memadamkan lampu serta peralatan elektronik lainnya yang tidak digunakan. Peringatan Earth Hour diharapkan bisa menjadi gaya hidup masyarakat.
“Dukungan menerapkan gaya hidup hijau diharapkan dapat membantu mengurangi emisi karbon untuk menekan laju perubahan iklim,” kata Kalimantan Regional Leader WWF-Indonesia M. Hermayani Putera. Esensi dari gerakan Earth Hour ini, kata dia, adalah bagaimana gerakan ini dapat mejadi bagian dalam aktivitas harian secara terus menerus.
ASEANTY PAHLEVI