TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Daerah Oesman Sapta Odang membantah terpilihnya dia menjadi pimpinan DPD lantaran menjabat Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura). Menurut Oesman, dia dapat menjadi pimpinan DPD karena suratan takdir.
"Saya sendiri tidak tahu bakal terpilih (sebagai ketua umum) di Hanura. Sama saja kayak ini (DPD). Memang nasib saya yang baik," katanya saat ditemui di ruangannya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 6 April 2017.
Baca: Oesman Sapta Jadi Ketua DPD dan Wakil Ketua MPR, Pilih Mana?
Setelah Oesman terpilih menjadi Ketua DPD, hujan kritik datang menyerang lembaga tersebut. Menurut Oesman, kritik itu biasa saja. Ia beranggapan serangan datang karena pihak yang mengkritik melihat dia saat ini adalah petinggi partai. "Di belakang ini ada latar belakang politik lain yang saya tidak tahu. Ini realitas saja, saya biasa hadapi ini," ujarnya.
Oesman menuturkan kritik sudah muncul saat dirinya bergabung dengan Hanura. Namun ia memastikan tidak ada aturan yang dilanggar, baik ketika banyak anggota DPD yang bergabung dengan partainya maupun saat pemilihan ketua DPD.
Simak: Jadi Ketua DPD, Oesman Sapta Odang Bantah Lobi Anggota
Ia menjelaskan, dalam Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, tidak ada larangan pengurus partai masuk ke DPD, begitu pula sebaliknya. "Itu kan mekanismenya ada. Salah saya di mana?" ucapnya.
Ia menyebutkan banyak anggota DPD yang berasal dari partai lain, bukan hanya Hanura. Oesman mencontohkan A.M. Fatwa yang berasal dari PAN, Bambang Sadono dari Golkar, Farouk Muhammad asal Gerindra, dan Ahmad Muqowwam dari PPP. "Kenapa enggak kejar partai lain," tuturnya.
AHMAD FAIZ