TEMPO.CO, Jakarta - Rumas Sakit Umum Daerah (RSUD) Nusa Tenggara Barat sedang merawat bayi kembar siam yang memiliki dua kepala, Selasa, 11 April 2017. Bayi berkelamin pria tersebut adalah putra pasangan Fathul Bahri dan Zuriyah, warga Dusun Genang Genis, Desa Kerato, Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa. Bayi tersebut lahir pada Senin, 10 April, di RSUD Sumbawa.
Wakil Direktur Bidang Penelitian RSUD NTB Agus Cahyono mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, diperoleh gambaran bahwa kondisi yang dialami bayi bernama Muhammad Talib itu sulit dipisahkan.
"Dari hasil rontgen, terlihat gambaran bahwa tulang belakangnya dua, kepala dua, tidak jelas apakah lambungnya satu atau dua, termasuk kerongkongannya satu atau dua, karena ketemu di mana masih belum kelihatan,” ujarnya, Selasa, 11 April.
Baca: Dokter RS Hasan Sadikin Pisahkan Bayi Kembar Devina-Devani
Untuk menangani kasus tersebut, Agus mengatakan RSUD NTB akan membentuk tim dokter yang terdiri atas dokter anak, dokter bedah, dan dokter bedah kulit. Menurut Agus, keputusan atau pemisahan bayi sepenuhnya akan diserahkan ke tim dokter. Hanya, menurut dia, pemisahan itu akan menjadi sulit karena kondisi sang bayi.
“Kalau harus memisahkan, berarti akan ada yang dikorbankan. Sebab, kedua kepala bayi hidup dan sama-sama berfungsi. Sedangkan dia hanya memiliki satu jantung dan dua paru-paru,” katanya.
Agus mengatakan kasus kembar siam yang biasa terjadi adalah bayi kembar yang memiliki dua jantung, empat paru-paru, dua lambung, dan dua tulang belakang. Agus berujar mesti ada pemeriksaan lanjutan untuk penanganan sang bayi.
Baca: Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Rafky dan Rifky Sukses
Menurut Agus, untuk sementara, yang bisa dilakukan adalah memperbaiki kondisi klinis sang bayi, yaitu berat badan dan kondisi gizinya. Secara umum, kondisi klinis bayi kembar siam itu dilaporkan membaik. Sebab, saat tiba dari Sumbawa kemarin, berat badannya 3,5 kilogram. Saat ini, beratnya sudah bertambah menjadi 3,8 kilogram.
Fathul Bahri, orang tua bayi kembar siam, mengaku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya langkah apa pun yang akan diambil dokter terhadap anaknya, termasuk kemungkinan pemisahan.
”Saya serahkan mana yang terbaik untuk anak saya,” katanya. Kalaupun anaknya akan dibiarkan hidup dalam kondisi seperti sekarang dengan dua kepala, Fathul juga siap merawatnya.
ABDUL LATIEF APRIAMAN