TEMPO.CO, Yogyakarta - Tingkat elektrifikasi di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah tergolong tinggi, sudah mencapai 96,84 persen. Namun, yang mengejutkan justru di Yogyakarta masih ada 331 ribu rumah tangga yang belum teraliri listrik secara mandiri dengan meteran.
"Laporan dari pemerintah kota Yogyakarta masih ada 331 ribu rumah tangga yang belum teraliri listtik. Tapi nyanthol ke rumah tangga lain," kata Manager Area Perusahaan Listrik Negara (PLN) Yogyakarta Eric Rossi Priyo Nugroho, Selasa, 11 April 2017.
Atas laporan itu, PLN segera menindaklanjuti temuan itu. Cadangan setrum di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah interkoneksi jaringan masih melimpah. Pemasangan meteran atau travo meter di setiap rumah penting dilakukan. Selain demi keamanan juga untuk penyesuaian subsidi listrik bagi pelanggan.
Baca juga:
Earth Hour di Yogya dan Jawa Tengah Irit Listrik Rp 346 Juta
Tingkat elektrifikasi terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta ada di Gunung Kidul yang hanya mencapai 84 persen saja. Di urutan kedua dari bawah adalah Kulon Progo yaitu mencapai 94 persen. Sedangkan paling tinggi adalah Sleman yang mencapai 99,65 persen.
Rencananya pada 2017 ini ada sebanyak 22 lokasi di Gunung Kidul yang akan dialiri listrik. Yaitu di daerah pantai selatan. Selain untuk masyarakat, juga untuk peningkatan pariwisata.
Cadangan listrik di Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih aman mencapai 400 megawatt. Termasuk dicadangkan untuk kebutuhan listrik Bandar Udara baru di Kulon Progo yang membutuhkan sekitar 20 megawatt.
"Akan diambilkan dari gardu induk Wates. Cadangannya masih 30 megawatt," kata Eric. Cadangan listrik di Daerah Istimewa Yogyakarta, masih bisa untuk mengaliri 400 hingga 500 hotel kelas bintang lima atau 200 hingga 300 pusat perbelanjaan.
Selain itu, kata Eric, saat ini PLN siap membuat rapi kabel jaringan listrik yang ada di pusat keramaian. Rencananya, bersama pihak terkait akan menanam kabel listrik mulai dari Tugu hingga titik nol ujung Malioboro. "Kami menunggu dari instansi terkait soal saluran yang akan dibuat untuk listrik, telepon, air dan lain-lain," katanya.
Saat ini pihaknya sudah melakukan pembuatan saluran listrik bawah tanah mulai dari Gejayan hingga Wirobrajan. Jika sudah terkoordinasi, maka pembuatan jaringan lisytik bawah tanah segera dilaksanakan. "Kami siap, kapan saja kalau salurannya sudah siap, kami juga segera menggarap," kata Eric.
Paulus Kardiman, juru bicara PLN Area Yogyakarta menyatakan, untuk merapikan jaringan listrik menjadi di bawah tanah membutuhkan koordinasi dengan instansi lain. Jika koordinasi sudah selesai dan siap, maka PLN juga menyiapkan segala sesuatu untuk memindahkan jaringan listrik di atau menjadi di bawah tanah.
"Prinsipnya kami siap, koordinasi dibutuhkan untuk kerapian dan keamanan jaringan listrik," kata dia.
MUH SYAIFULLAH