TEMPO.CO, Jakarta -Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan terbuka peluang kemungkinan untuk penyesuaian harga bahan bakar minyak dan LPG pada semester II 2017. Namun rencana tersebut masih dalam pembahasan.
"Kami masih diskusi apakah kondisinya memungkinkan untuk penyesuaian," kata Agus usai menghadiri rapat kerja mengenai inflasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 13 April 2017. Pemerintah masih akan berdiskusi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai penyesuaian tersebut.
Agus mengatakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah waktu yang tepat saat penyesuaian dilakukan. Pemerintah harus memastikan penyesuaian harga tak terjadi saat tekanan inflasi sedang tinggi.
Menurut dia, momentum deflasi sebesar 0,02 persen bulan lalu merupakan kesempatan baik. Namun pemerintah menilai kondisinya belum mengharuskan penyesuaian harga di semester I.
Agus mengatakan ruang penyesuaian harga barang atau jasa yang diatur oleh pemerintah (administered price), khususnya BBM dan LPG, akan terbuka jika inflasi komponen bergejolak (volatile food) bisa dikendalikan. Ia mengatakan harga pangan seperti cabai dan bawang perlu dijaga agar tidak melonjak sehingga penyesuaian mungkin dilakukan.
Pemerintah menargetkan inflasi volatile food di bawah 4 persen tahun ini. Per Maret 2017, inflasi volatile food tercatat 2,89 persen (yoy).
Pemerintah ingin memastikan inflasi sesuai target akhir tahun nanti yaitu 4+-1 persen. "Saat kondisi deflasi seperti sekarang kami mau terus menjaga supaya inflasi di akhir tahun tetap seperti yang direncanakan," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution enggan bicara banyak mengenai kemungkinan penyesuaian harga BBM dan LPG di semester II. "Kami sedang membuat kalkulasi, analisa, seperti apa kombinasi yang optimum mengenai hal ini," kata dia usai rapat. Pemerintah masih akan membahasnya dengan Menteri ESDM.
VINDRY FLORENTIN