TEMPO.CO, Denpasar - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, bakal menggenjot pembangunan infrastruktur di Tanjung Benoa, Bali, untuk menarik lebih banyak turis mancanegara. Salah satu yang menjadi sorotan adalah pembangunan Pelabuhan Benoa yang berpotensi menjadi lokasi sandar kapal-kapal pesiar dunia.
“Setelah Rencana Anggaran Biaya(RAB) selesai, saya pikir 18 bulan kita bisa selesaikan pengembangan pelabuhan ini,” ujar Budi saat menyambut kapal pesiar Pacific Eden, yang bersandar untuk pertama kalinya di Benoa, Denpasar, Bali, Kamis, 13 April 2017.
Baca: Bersandar di Benoa, Kapal Pesiar Ini Bawa 1.500 Wisatawan
Pacific Eden, yang berkapasitas 1.500 penumpang itu, sempat mampir di Bali namun hanya membuang sauh dan berlabuh di ambang pintu masuk pelabuhan. Nahkoda kapal milik perusahaan asal Inggris, P&O, ini akhirnya mau bersandar setelah diyakinkan oleh perwakilan PT Pelindo III.
Hal itu dinilai Budi memudahkan para wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Bali.
Budi pun menampung saran dari para petinggi P&O yang ditemuinya di atas Pacific Eden. Perusahaan itu berniat menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan primer, atau pelabuhan Hub.
Meskipun begitu, manajemen P&O yang diwakili Director P&O Australia Carnival Group, Mike Drake, sempat mengajukan sejumlah persyaratan pada pemerintah RI. Syarat yang diajukan beragam, mulai dari aspek teknis yang terkait dengan infrastruktur hingga masalah tarif.
Baca: Menhub Tinjau Kedatangan Kapal Terbesar di Dermaga JICT
“Dengan tahu apa yang mereka (P&O) inginkan, kita tahu apa yang harus dilakukan," ujar Budi.
Paparan Drake tidak hanya didengarkan oleh Budi, namun juga oleh Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pariwisata Arief Yahya serta Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.
Budi mengungkapkan keyakinannya akan potensi Benoa, yang merupakan pelabuhan terbesar di Bali. "Masalah klasik adalah infrastruktur yang belum siap. Mana mungkin mereka (turis asing) mau datang ke sini kalau biayanya mahal, kurang bagus dan belum ada fasilitas."
Menteri Budi kini mengusung slogan mudah, murah dan melayani, dalam konteks pembangunan infrastruktur.
“Pertama (soal) mudah, kita merencanakan besaran-besaran pelabuhan, jalur, dan rute, itu kita benerin. Kedua (soal) murah, kita minta kepada port management, Pelindo 1, 2, 3, dan 4 melakukan revisi biaya yang dikenakan," kata Budi.
Adapun poin ketiga adalah target meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan yang bertandang. "Kita harus welcome sama mereka," ujar Budi.
Ada pula arahan Budi bagi pengelola pelabuhan dan operator wisata agar membahas skala ekonomi dan harga secara cerdas. Dia mendorong pengaturan harga yang kompetitif untuk meningkatkan intensitas kunjungan pesiar pihak asing.
"Bali bagus, tapi kalau mahal? Orang males juga ke sini, oleh karenanya kita akan evaluasi. Harganya harus lebih murah dari yang lain,” ujar eks Direktur Utama PT Angkasa Pura II itu.
YOHANES PASKALIS