TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, 18 April 2017, bergerak melemah menjadi 13.294 dibanding sebelumnya 13.279 per dolar Amerika Serikat.
"Saat ini, pergerakan mata uang domestik lebih didominasi ketidakpastian menjelang pilkada DKI Jakarta putaran kedua pada Rabu, 19 April 2017," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, ucap dia, dalam jangka menengah, ruang penguatan rupiah masih terbuka mengacu data ekonomi dalam negeri yang positif.
Simak:
Istana Bicara tentang Pembangunan Disneyland Boyolali
Istana Bilang Boyolali Berkembang Kalau ada Disneyland
Ekonom Billy Joedono Meninggal Dunia pada Usia 84 Tahun
Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2017 mengantongi surplus sebesar 1,23 miliar dolar Amerika yang didorong oleh surplus sektor nonmigas senilai 2,02 miliar dolar Amerika.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia itu akan menjaga likuiditas dolar Amerika di dalam negeri," ucapnya.
Di sisi lain, ujar dia, potensi penguatan rupiah juga masih terbuka menyusul kebijakan Presiden Amerika Donald Trump yang lebih lunak terhadap proteksi dagang negara itu. "Data Amerika yang kurang baik juga menambah alasan dolar Amerika tidak akan terlalu kuat," tuturnya.
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan sentimen geopolitik global masih membuat permintaan terhadap aset-aset safe haven masih terjadi, sehingga laju rupiah tertahan.
"Sikap sebagian pelaku pasar yang masih khawatir terhadap geopolitik global membuat kehati-hatian untuk masuk ke aset mata uang berisiko," katanya.
ANTARA