TEMPO.CO, Jakarta - Ketika anak kesal dan melontarkan kata-kata kasar, sebelum bertindak hendaknya pahami terlebih dulu alasan si kecil melontarkan kata-kata tersebut.
Bedakan kata-kata kasar yang tidak ditujukan untuk siapa-siapa, dalam artian dilontarkan hanya untuk melampiaskan kekesalannya, dengan kata-kata kasar untuk memaki seseorang.
Misalnya, si kecil yang merespon dengan berkata "bodo amat" ketika disuruh mengerjakan pekerjaan rumahnya, tentu berbeda ketika ia mengeluarkan julukan kasar pada Anda karena kesal harus menyelesaikan tugas rumahnya.
Konsekuensi dari kedua tindakan tersebut, seperti dikutip dari laman Empowering Parents juga pasti berbeda. Untuk tindakan yang pertama, abaikan ucapan kasar anak dan tekankan pada anak untuk fokus menyelesaikan tugasnya. Jangan sampai terpancing emosi yang berujung dengan perdebatan dengan anak. Setelahnya, barulah berikan konsekuensi pada anak, misalnya anak tidak boleh menggunakan gadget hingga tugasnya selesai.
Sedangkan, untuk tindakan memaki, Anda perlu mengingatkan pada anak bahwa kebiasaan tersebut merupakan kekerasan verbal dan tidak ada toleransi untuk perilaku satu ini. Karena kekerasan verbal merupakan serangan terhadap pribadi seseorang dan akan melukai korbannya. Solusinya, tetapkan konsekuensi yang tegas misalnya anak tidak boleh menggunakan gadget selama satu hari penuh hingga ia berhenti melontarkan kata-kata kasar tersebut.
Jika anak mengulanginya di masa "hukuman" tersebut, larang ia tidak menggunakan gadget selama dua hari penuh. Tujuannya, agar anak tersadar tindakannya tersebut adalah pelanggaran yang berat.
Untuk buah hati yang masih kecil, usahakan melakukan koleksi ucapan kasar anak dan hindari kebiasaan berbicara kasar di depan anak. Jika anak bertanya balik mengapa Anda melontarkan kata kasar tersebut, ajak anak untuk membantu mengingatkan atau memberikan koreksi ketika berkata kasar.
Intinya, pahami bahwa si kecil menganggap ucapan kasar sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah dan sebagai penyaluran rasa marah, frustrasi, bosan, atau ketika diminta mengerjakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ingatkan padanya bahwa solusi tersebut bukan saja tidak efektif tapi justru akan menimbulkan konsekuensi untuknya.
Berita lainnya:
Tsania Marwa Menangis Gara-gara Telinga Anaknya
8 Tanda Anak Siap Ditinggal Sendirian di Rumah
Kartini, Antara Kebaya dan Edukasi Habis Gelap Terbitlah Terang