TEMPO.CO, Jakarta - Laba bersih konsolidasi Astra International Tbk meningkat 63 persen menjadi Rp5,08 triliun, seiring dengan peningkatan kinerja dari hampir seluruh segmen bisnis.
“Sebagian besar bisnis Grup Astra memiliki kinerja yang baik pada kuartal pertama tahun 2017. Ke depan, Grup Astra berharap mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan, didukung oleh harga komoditas yang lebih tinggi, walaupun bisnis otomotif diperkirakan menghadapi persaingan harga yang lebih kompetitif,” ujar Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra International Tbk melalui siaran pers tentang Laporan Keuangan Kuartal I/2017 yang dirilis Kamis, 20 April 2017.
Baca Juga:
Pada kuartal pertama tahun 2017, segmen otomotif Grup Astra mencapai pangsa pasar yang kuat untuk mobil dan motor. Penjualan mobil secara nasional mengalami peningkatan, sementara penjualan motor secara nasional menurun.
Kinerja segmen jasa keuangan mengalami peningkatan ditandai dengan perolehan profit dari Bank Permata. Sementara itu, kenaikan harga komoditas menghasilkan perbaikan kinerja dari divisi alat berat dan agribisnis.
Pendapatan bersih konsolidasian Grup meningkat 16 persen menjadi Rp48,8 triliun, seiring dengan peningkatan kontribusi pendapatan dari sebagian besar segmen bisnisnya.
Hal itu, mendorong laba bersih konsolidasian Grup meningkat 63 persen menjadi Rp5,1 triliun, seiring dengan peningkatan kinerja dari hampir seluruh segmen bisnis, kecuali teknologi informasi serta infrastruktur dan logistik. Nilai aset bersih per saham Grup tercatat sebesar Rp2.889 pada 31 Maret 2017, meningkat 4 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016.
Nilai kas bersih, di luar Grup jasa keuangan, mencapai Rp131 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp6,2 triliun, terutama disebabkan oleh investasi jalan tol dan pembangkit listrik yang dilakukan pada kuartal pertama 2017. Anak perusahaan Grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp46,4 triliun, dibandingkan dengan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2016.
Kegiatan Bisnis
Kontribusi dari masing-masing segmen bisnis terhadap laba bersih konsolidasian Astra International pada periode ini adalah sebagai berikut:
1. Otomotif
Laba bersih dari bisnis otomotif Grup meningkat 45 persen menjadi Rp2,3 triliun, terutama diakibatkan oleh momentum kesuksesan dari penjualan model-model baru yang diluncurkan pada tahun 2016 dan terus berlanjut hingga tahun 2017.
Penjualan mobil secara nasional meningkat 6 persen menjadi 283.000 unit. Penjualan nasional mobil Astra meningkat sebesar 27 persen menjadi 161.000 unit, mengakibatkan peningkatan pangsa pasar dari 48 persen menjadi 57 persen. Grup telah meluncurkan satu model baru dan dua model revamped selama periode ini.
Penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 7 persen menjadi 1,4 juta unit. Walaupun penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi 1,1 juta unit, namun pangsa pasar AHM meningkat dari 72 persen menjadi 77 persen, yang didukung oleh peluncuran empat model baru dan enam model revamped selama periode ini.
Astra Otoparts, bisnis komponen Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 83 persen menjadi Rp148 miliar, didukung oleh peningkatan pendapatan dari bisnis pasar pabrikan otomotif (OEM/ original equipment manufacturer) dan bisnis aftermarket serta peningkatan kontribusi dari perusahaan patungan dan entitas asosiasi.
2. Jasa Keuangan
Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup meningkat 75 persen menjadi Rp1,1 triliun, sebagai hasil peningkatan kontribusi dari sebagian besar bisnis jasa keuangan, termasuk Bank Permata.
Sektor bisnis pembiayaan konsumen Grup menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 17 persen menjadi Rp18,7 triliun, termasuk melalui joint bank financing without recourse. PT Astra Sedaya Finance (ASF) yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat peningkatan laba bersih sebesar 11 persen menjadi Rp237 miliar, sementara pembiayaan roda empat lainnya, PT Toyota Astra Financial Services (TAFS) mencatat peningkatan laba bersih sebesar 25 persen menjadi Rp100 miliar.
Peningkatan ini merupakan hasil dari pertumbuhan pasar mobil nasional dan peningkatan pangsa pasar mobil Astra. Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 13 persen menjadi Rp444 miliar, sebagai hasil dari kenaikan pangsa pasar sepeda motor Honda serta diversifikasi produk pinjaman.
Total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat meningkat 28 persen menjadi Rp1,3 triliun. PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF), yang fokus pada pembiayaan alat berat kelas kecil dan menengah, melaporkan laba bersih yang lebih rendah yaitu sebesar Rp20 miliar.
PT Bank Permata Tbk, yang 44,6 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp453 miliar dibandingkan kerugian bersih sebesar Rp376 miliar pada periode yang sama tahun 2016. Rasio kredit bermasalah kotor Bank Permata menurun dari 8,8 persen pada akhir tahun 2016 menjadi 6,4 persen pada akhir bulan Maret 2017 sedangkan rasio kredit bermasalah bersih Bank Permata stabil di 2,2 persen.
Kinerja positif Bank Permata merupakan hasil dari pendapatan bisnis utama yang tetap berjalan baik serta penjualan sebagian porsi aset pinjaman bermasalah sebagaimana yang telah direncanakan. Dalam rangka memperkuat permodalannya, Bank Permata diharapkan dapat melaksanakan rights issue sejumlah Rp3 triliun pada semester pertama tahun 2017, dimana kedua pemegang saham utama Bank Permata, Astra International dan Standard Chartered Bank, telah menyertakan capital advance sejumlah Rp1,5 triliun pada bulan Desember 2016.
Perusahaan asuransi kerugian Grup, PT Asuransi Astra Buana (AAB), mencatat peningkatan laba bersih sebesar 4 persen menjadi Rp215 miliar, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan underwriting segmen otomotif.
Perusahaan patungan bersama asuransi jiwa Grup, Astra Aviva Life, menambah hampir 67.000 nasabah asuransi jiwa perorangan dan 145.000 nasabah asuransi program kesejahteraan karyawan, sehingga pada akhir kuartal pertama tahun 2017 jumlah nasabah perorangan dan nasabah melalui program kesejahteraan karyawan, masing-masing menjadi 267.000 dan 637.000 nasabah.
3. Alat Berat dan Pertambangan
Laba bersih Grup Astra dari segmen alat berat dan pertambangan meningkat sebesar 104 persen menjadi Rp902 miliar.
PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 105 persen menjadi Rp1,5 triliun, disebabkan oleh peningkatan volume bisnis pada mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan kegiatan pertambangan, yang seluruhnya mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga batu bara.
Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 70 persen menjadi 847 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa perbaikan juga meningkat.
PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 2 persen menjadi 25 juta ton, sementara peningkatan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 3 persen menjadi 171 juta bank cubic metres. Anak perusahaan UT dalam bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 9 persen menjadi 1,9 juta ton.
PT Acset Indonusa Tbk, perusahaan kontraktor umum yang 50,1 persen sahamnya dimiliki UT, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 63 persen menjadi Rp31 miliar dan mencatat penambahan kontrak baru senilai Rp6,9 triliun sepanjang kuartal pertama tahun 2017, dibandingkan Rp2,4 triliun yang berhasil diterima pada kuartal pertama tahun 2016.
Pada Maret 2017, Bhumi Jati Power, yang 25 persen sahamnya dimiliki oleh UT dan akan mengembangkan serta mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jawa tengah, telah menyelesaikan perjanjian pendanaan proyek dengan para kreditur. Proyek BOT (build, operate and transfer) ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$4,2 miliar dan direncanakan akan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2021. Bhumi Jati Power merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha UT, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.
Pada bulan Maret 2017, UT melalui anak usahanya PT Tuah Turangga Agung, menyelesaikan juga akuisisi 80,1 persen kepemilikan PT Suprabari Mapanindo Mineral, sebuah perusahaan coking coal (batu bara berkalori tinggi yang biasa digunakan sebagai campuran dalam peleburan baja) yang berlokasi di Kalimantan Tengah.
4. Agribisnis
Laba bersih dari segmen agribisnis Grup meningkat sebesar 92 persen menjadi Rp638 miliar pada kuartal pertama tahun 2017.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp801 miliar, meningkat dari Rp418 miliar pada kuartal pertama tahun 2016, disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari harga kelapa sawit yang lebih tinggi serta peningkatan produksi dan penjualan kelapa sawit. Harga rata-rata minyak kelapa sawit (CPO) mengalami peningkatan sebesar 36 persen menjadi Rp8.953/kg. Sementara itu, penjualan kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 1 persen menjadi 410.000 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
5. Infrastruktur dan Logistik
Laba bersih segmen infrastruktur dan logistik Grup menurun sebesar 3 persen menjadi Rp67 miliar, sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal dari dimulainya ruas jalan tol Cikopo-Palimanan serta pendapatan yang lebih rendah dari bisnis penyedia air bersih.
PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang mengoperasikan jalur Tangerang-Merak sepanjang 72km, yang 79,3 persen sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 5 persen menjadi 12 juta kendaraan. Pembangunan konstruksi ruas jalan tol Jombang-Mojokerto sepanjang 41km, yang seluruhnya dimiliki Perseroan dan telah mulai beroperasi sepanjang 20km, terus berlanjut. Ruas jalan tol Semarang-Solo sepanjang 73km, yang 25 persen sahamnya dimiliki Grup, telah mulai beroperasi sepanjang 23km.
Pada Januari 2017, Grup menuntaskan akuisisi awal kepemilikan 40 persen atas PT Baskhara Utama Sedaya (BUS), pemilik 45 persen saham operator ruas jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116km, dan selanjutnya telah menyetujui untuk mengakuisisi sisa kepemilikan sebesar 60 persen di BUS. Berikut dengan kepemilikan 40 persen dari ruas jalan tol Kunciran-Serpong sepanjang 11km dan kepemilikan 25 persen dari ruas jalan tol Serpong-Balaraja sepanjang 40km, dimana keduanya merupakan proyek greenfield, total kepemilikan jalan tol Grup secara keseluruhan menjadi 353km.
PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih yang melayani wilayah barat Jakarta mencatat penurunan penjualan volume air bersih sebesar 2 persen menjadi 38 juta meter kubik.
PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami kenaikan laba bersih sebesar 82 persen menjadi Rp40 miliar, disebabkan oleh kenaikan marjin kontrak sewa mobil dan bisnis logistik, meskipun terjadi penurunan sebesar 2 persen atas jumlah kontrak sewa kendaraan di bisnis rental kendaraan.
6. Teknologi Informasi
Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup turun sebesar 23 persen menjadi Rp26 miliar. PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan 23 persen penurunan laba bersih menjadi Rp33 miliar yang terutamanya disebabkan oleh perolehan pendapatan yang lebih rendah dari bisnis solusi teknologi informasi.
7. Properti
Laba bersih dari divisi properti Grup sebesar Rp42 miliar, lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan Rp13 miliar yang dihasilkan pada kuartal pertama tahun 2016, terutama disebabkan oleh adanya peningkatan atas laba yang dihasilkan oleh Anandamaya Residences.
Sebagian besar bisnis Grup Astra memiliki kinerja yang baik pada kuartal pertama tahun 2017. Ke depan, Grup Astra berharap mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan, didukung oleh harga komoditas yang lebih tinggi, walaupun bisnis otomotif diperkirakan menghadapi persaingan harga yang lebih kompetitif.
BISNIS.COM