TEMPO.CO, Paris -Warga Prancis yang memiliki hak pilih mulai memenuhi tempat pemungutan suara atau TPS di seluruh negeri. Lebih dari 60.000 TPS dibuka dan siap melayani jutaan warga Prancis yang hendak berpartisipasi dalam pemilihan presiden untuk lima tahun ke depan.
Pemilihan yang mulai dilangsungkan sejak pukul 8 pagi waktu setempat itu diadakan di bawah penjagaan keamanan yang ketat menyusul serangan mematikan terhadap polisi Paris tiga hari lalu.
Baca juga: Le Pen: Pemegang Paspor Israel-Prancis Harus Memilih
Sekitar 50.000 polisi dan 7.000 tentara dikerahkan di seluruh negeri untuk mengamankan pemungutan suara.
Sebelas kandidat bersaing untuk menjadi presiden Prancis berikutnya dalam pemilihan yang akan dilangsungkan sebanyak dua kali.
Pemilu pada Minggu, 23 April 2017 ini akan menentukan dua kandidat yang akan melaju ke putaran kedua pada Mei mendatang. Pemilu kali ini diadakan dua putaran setelah diyakini tidak akan ada kandidat presiden yang meraih suara lebih dari 50 persen.
Baca juga: Bertemu Le Pen, Putin: Kami Tidak Cari Pengaruh di Pemilu Prancis
Saat ini terdapat empat kandidat kuat yang dua di antaranya berpeluang bertarung pada putara kedua dua minggu lagi.
Empat kandidat tersebut, yakni Francois Fillon yang konservatif, pemimpin kanan Marine Le Pen, pemimpin liberal Emmanuel Macron dan Jean-Luc Mélenchon yang mewakili kaum kiri jauh.
Semua kandidat telah menawarkan visi yang berbeda secara dramatis tentang Eropa, imigrasi, ekonomi dan identitas Prancis serta kemanan nasional.
Baca juga: Menjelang Pemilu Prancis, Berita Palsu Banjiri Media Sosial
Langkah keamanan tambahan pada hari pemungutan suara dilakukan setelah Karim Cheurfi, menembak seorang perwira polisi di Champs Elysees, Paris.
Cheurfi tewas setelah dibunuh oleh pasukan keamanan dan sebuah catatan tentang membela kelompok Islam radikal ditemukan di dekat jasadnya.
Keamanan nasional telah menjadi salah satu poin pembicaraan utama selama kampanye, namun para kandidat telah dituduh mengeksploitasi serangan terbaru demi keuntungan politik.
USA TODAY|BBC|YON DEMA