TEMPO.CO, Jakarta - Penulis lagu Indonesia Wedhasmara kurang mendapat perhatian media ketika dia meninggal di Denpasar pada 17 April 2017. Mungkin karena nama Wedhasmara tidak begitu akrab di telinga para wartawan generasi sekarang, atau mungkin karena bias media yang cenderung memberitakan isu-isu popular dan orang-orang popular pada masanya, dan bukan orang popular di masa lalu.
Baca juga: Resensi Buku Almanak Musik Indonesia
Kabar duka tentang Wedhasmara muncul dalam akun Facebook, Stanley Tulung, peminat sejarah musik Indonesia. Untuk mengapresiasi karya-karya Wedhasmara, berikut profil sekilas Wedhasmara seperti pernah ditulis majalah Rolling Stone Indonesia pada edisi Februari 2014 yang memasukkan Wedhasmara dalam '100 Pencipta Lagu Indonesia Terbaik'.
Wedhasmara lahir di Denpasar pada 10 September 1932. Sejak kecil, kesukaan dan bakatnya pada musik sudah tampak. Setelah menyelesaikan pendidikan SMP di Denpasar Bali, Wedhasmara melanjutkan pendidikan di SMA Santo Thomas di Kota Yogyakarta. Pada 1956-1963, Wedhasmara bekerja di Jawatan Pertanian Jakarta.
Wedhaswara tercatat pernah bergabung dalam berbagai kelompok musik seperti Orkes Gabungan Denpasar, Orkes Keroncong Denpasar, Kuartet Mulyana Sutedja Yogyakarta, Orkes Keroncong pimpinan Sukmini Yogyakarta, Orkes Melayu Ria Bluntas, Zaenal Combo, dan Empat Nada.
Lagu-lagunya yang dikenal luas pada 1960-1970 antara lain Sendja d Batas Kota dan Kau Selalu di Hatiku yang dipopulerkan penyanyi Ernie Djohan, lagu Berpisah di St. Carolus yang dipopulerkan penyanyi Retno. Ini lagu-lagu abadi yang dikenang banyak masyarakat dan sampai hari ini masih sering diputar di radio-radio dalam versi aslinya. *
Kelik