TEMPO.CO, Jakarta – Sensus Ekonomi 2016 yang baru saja diluncurkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa kegiatan bisnis dan perekonomian masyarakat Indonesia saat ini masih terpusat di tiga sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, Industri pengolahan, dan penyediaan akomodasi; serta penyediaan makan dan minum.
”Ketiganya mencakup 79,42 persen dari keseluruhan usaha dan perusahaan yang dijalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis, 27 April 2017.
Suhariyanto menjelaskan, porsi kegiatan bisnis di sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 46,17 persen, sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan-minum 16,72 persen. Adapun porsi kegiatan bisnis sektor industri pengolahan 16,53 persen.
BPS pada hari ini resmi meluncurkan hasil Sensus Ekonomi untuk 2016. Sensus ini mencakup data seluruh usaha dan perusahaan yang dijalankan masyarakat Indonesia, di luar lapangan usaha sektor pertanian. Dari Sensus Ekonomi 2016 ini, jumlah unit usaha dan perusahaan meningkat hingga 26,71 juta dari semula 22,73 juta pada Sensus Ekonomi 2006.
Ketiga sektor ini pun menyumbang penyerapan tenaga kerja terbesar. “Dari sekitar 70,32 juta tenaga kerja sektor non-pertanian, 22,36 juta tenaga kerja disumbang dari sektor perdagangan besar dan eceran.” Sedangkan untuk industri pengolahan, meskipun memiliki jumlah usaha dan perusahaan yang lebih rendah dibanding sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, menyerap tenaga kerja lebih banyak.
Dari data sensus ekonomi 2016 tersebut, sektor industri pengolahan terlihat menyerap 15,99 persen tenaga kerja. Sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum yang lebih besar secara jumlah usaha dan perusahaan hanya menyerap 8,41 juta tenaga kerja.
Adapun sektor perdagangan besar dan eceran yang mendominasi usaha dan perusahaan di Indonesia menyumbang 15,24 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2016. “Namun industri pengolahan selalu lebih tinggi dan menjadi penyumbang terbesar pada PDB sejak 2010 hingga 2016,” kata Suhariyanto.
FAJAR PEBRIANTO | RR ARIYANI