TEMPO.CO, Tokyo - Sebuah universitas di Jepang berencana membangun pusat penelitian mengenai ninja yang diklaim sebagai yang pertama di dunia.
Meski kebanyakan hanya bisa diketahui lewat buku-buku sejarah dan fiksi, pamor ninja bangkit setelah otoritas Jepang menggunakannya untuk mempromosikan pariwisata menjelang Olimpiade 2020 di Tokyo.
Kini, Universitas Mie di Jepang tengah, wilayah yang dianggap sebagai kampung halaman ninja, mengumumkan akan membangun fasilitas riset ninja pada Juli mendatang.
"Universitas berencana mengumpulkan data induk ninja dan mendorong kerja sama ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu yang mempelajari ninja," kata Yuji Yamada, profesor sejarah Jepang di universitas itu, kepada kantor berita AFP, Kamis, 11 Mei 2017.
Baca: Jepang Peringati Hari Ninja
"Kami akan melakukan penelitian mengenai dokumen-dokumen kuno dan berkolaborasi dengan para peneliti sains agar bisa menerapkan kearifan ninja dalam kehidupan modern," ujar profesor yang merencanakan pembangunan pusat studi ninja itu.
"Misalnya, ninja membakar dupa Jepang sebelum keluar rumah untuk menghindari hal-hal buruk. Kami berasumsi dupa bisa meningkatkan konsentrasi sehingga ninja bisa terhindar dari cedera," ujarnya. Dia menambahkan riset mengenai wewangian itu bisa bermanfaat untuk dunia masa kini.
Fasilitas itu akan dibangun di Iga, kota yang terletak 350 kilometer barat daya Tokyo dan dikelilingi gunung, yang dulunya merupakan tempat bernaung banyak ninja.
Yamada juga mengatakan pusat studi itu akan menerbitkan hasil riset dalam bahasa Inggris dan Jepang agar bisa lebih mudah diakses ilmuwan dan para penggemar dari luar negeri.
Di tengah melejitnya popularitas ninja, Prefektur Aichi tahun lalu mulai mempekerjakan ninja, termasuk orang asing, untuk mempromosikan pariwisata di area yang dikenal dengan kastil bersejarah Nagoya.
Pada 2015, para gubernur dan wali kota dari prefektur di seluruh Jepang mengganti pakaian mereka dengan kostum ninja untuk mengumumkan peluncuran "dewan ninja".
AFP | ANTARA | SITA PLANASARI AQUADINI