TEMPO.CO, Jakarta -Seringkali balita bersikap egosentris, yaitu mempunyai keinginan memiliki sesuatu lebih dari yang lain. Hal itu adalah wajar, karena sedang dalam tahap egosentris, yaitu tahap yang menginginkan barang yang disukai menjadi miliknya.
Tidak sekadar membagi rata, dalam jumlah banyak tidak selalu baik. Orang tua juga harus memberikan pengertian pada anak untuk saling menghormati milik orang lain. Sebab, jika tidak, anak tak akan punya banyak teman bermain.
Butuh ketelatenan, tentu saja. Sayangnya, banyak orang tua kurang sabar dan gampang memberikan stigma yang tak patut kepada anak sebagai “serakah” atau “pelit”. Atau ada juga yang mudah menyerah oleh rengekan anak, dan mengabulkan segala yang diinginkan.
Menurut Fitriani F. Syahrul dari lembaga konsultasi keluarga Lentera Insani Depok, diperlukan kesabaran jangka panjang menemani anak di fase ini. Orang tua boleh tegas untuk tidak memenuhi segala keinginan anak, tapi tetap tidak boleh kasar. “Lazimnya, fase ini berakhir saat anak berusia 4 tahun,” ujarnya.
Namun, hal itu juga bergantung pada seberapa kuat orang tua membimbing anaknya. Jika orang tua tidak peduli atau kurang tepat dalam membimbing anaknya, fase ini bisa berlangsung lama. Berikut beberapa tip yang dapat dilakuakan orang tua dalam mendampingi anak egosentris:
- Orang tua harus tegas dan tidak membiasakan memberi sesuatu berlebihan. “Ayo, habiskan dulu, nanti boleh tambah.” Langkah ini sekaligus melatih disiplin dan tanggung jawab anak.
- Hindari mengumbar memberikan stigma kepada anak sebagai si pelit atau si serakah. Sebab, pada dasarnya anak belum paham soal perilaku apa yang diharapkan, dan masih egosentris.
- Ibu dan ayah serta orang-orang di sekitar perlu telaten memberi teladan untuk saling berbagi. Sebab, tiap orang termasuk anak sebenarnya memiliki kemampuan untuk mau memberi dan berbagi.
Berita lainnya:
Kiat Ajarkan Anak Berpuasa yang Pertama Kali
Mandi Air Panas, Manfaatnya Sama dengan Olahraga
Keajaiban Aroma Rosemary buat Daya Ingat Anak