TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina memberi respons yang baik pada beberapa proyek dan paket yang ditawarkan Indonesia dalam forum Prakarsa Sabuk dan Jalansutra atau Belt and Road Initiative (BRI). Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut menjelaskan beberapa proyek dan paket yang ditawarkan seperti proyek pelabuhan terintegrasi di Bitung, Sulawesi Utara dan Kuala Tanjung di Sumatera Utara. Selain itu juga ada proyek listrik dan pembangunan kawasan industri di Kalimantan Utara.
Presiden Joko Widodo, kata Luhut, sudah memerintahkan (para menteri) untuk mempersiapkan proyek-proyek tersebut. "Waktu pamit kepada Presiden Xi Jinping kemarin, Presiden Joko Widodo mengatakan mungkin bulan depan akan mengirim tim dari Indonesia untuk menindaklanjutinya," ungkap Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017.
Baca: BKPM Investasi Cina Naik Drastis Di 2016
Mantan Menko Polhukam itu mengatakan kerja sama yang dihasilkan di antaranya membuat produk baru sehingga diharapkan akan memberi keuntungkan bagi Indonesia, seperti meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Kita tunggu saja keterangan resmi dari Presiden dalam waktu dekat, jumlahnya bisa dikatakan cukup besar," ucap Luhut.
Di antara kerjasama tersebut, menurut Luhut, pemerintah Cina setuju dengan program produksi bahan bakar biodiesel B5, kelapa sawit. "Sehingga kita harapkan nanti harga kelapa sawit bisa lebih baik, yang nantinya akan menguntungkan petani-petani kelapa sawit kita," kata Luhut.
Sebanyak 29 kepala negara/pemerintahan dan pimpinan organisasi internasional berkumpul membahas sinergi kebijakan, hubungan antarmasyarakat dan infrastruktur pada forum BRI yang berlangsung di Beijing, 14-15 Mei 2017.
Simak: Investasi Cina USD124 Miliar untuk Proyek Perdagangan Global
Meski tidak mengungkap nilai kesepakatan yang diraih Indonesia, Luhut menyebut sejumlah negara mendapatkan dana investasi yang bervariasi. "Banyak negara lain yang sudah mendapatkan dana investasi ini, mungkin masih banyak negara yang ingin mendapatkannya juga," ucapnya.
Lebih jauh Luhut menyatakan, beberapa negara yang sudah mendapat dana investasi itu di antaranya adalah negara Saudi Arabia misalnya, mereka membeli sebagian Saudi Aramco. Pakistan mendapat hingga US$ 62 miliar, Malaysia dapat lebih dari US$ 30 miliar, Filipina juga mendapat lebih dari US$ 20 miliar," katanya.
Luhut mengatakan dalam kerja sama tersebut pemerintah memfasilitasi dan memberi kemudahan kedua belah pihak untuk mewujudkan kerja sama serta memberi insentif seperti tax holiday dan lainnya.
Simak: Perusahaan Asal Cina Jajaki Investasi Batu Bara di Indonesia?
Luhut menegaskan skema kerja sama yang disepakati dalam forum itu bukan berbentuk pinjaman kepada pemerintah. Cina sebagai negara dengan ekonomi besar memiliki dana hingga 3 triliun dolar AS. Dengan hanya menggelontorkan sepertiganya saja atau US$ 1 triliun, diperkirakan bisa membangun perekonomian baru di di berbagai negara.
Forum Belt and Road Forum ini, menurut Luhut, lebih baik dari APEC karena di forum ini dibicarakan hal-hal konkret. "Mereka (Cina) kan punya dana US$ 3 triliun dan jika mereka mainkan 1 triliun saja itu bisa membangun perekonomian baru di berbagai negara. Walau begitu kita tetap harus hati-hati, kita tidak akan menjadikan (investasi) ini menjadi pinjaman karena kita ingin mempertahankan posisi utang kita kurang dari 30 persen dari GDP," kata Luhut.
ANTARA