Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Biennale Venesia ke-57, Cerita Planet Mars Tintin Wulia  

Editor

Elik Susanto

image-gnews
Tintin Wulia. Youtube
Tintin Wulia. Youtube
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Karya Tintin Wulia dipamerkan di Biennale Venesia ke-57, Italia mulai dari 13 Mei sampai 26 November 2017. Kembarannya bisa dinikmati di Senayan City, Jakarta. Pada salah satu ruang pameran, sebuah layar video menampilkan empat manusia yang berkisah tentang hidupnya secara terpisah.

Tiga dari mereka bekas tahanan sebuah revolusi besar pada 2065, lalu dikirim ke Planet Mars hingga 2079. Adapun satu lagi adalah anak bekas tahanan itu. Mereka berkisah tentang hidupnya yang dinistakan oleh rezim, diperlakukan tak manusiawi. Mereka ditahan tanpa pengadilan.

Baca: Triawan Munaf Pontong Tumpeng untuk Pameran Tintin Wulia

“Tanah Mars itu keras… suatu saat kami disuruh merayap sampai kulit tangan dan siku luka-luka,” ujar si bapak. “Kami menggeliat seperti cacing.” Si anak muda lalu menyambung, “Kalau dalam film, saya akan ambil gambar dari ketinggian, gerak seperti cacing—lalu makin mendekat, mendekat, dan terlihatlah manusia yang penuh dengan lumpur.”

Not Alone, karya Tintin Wulia,

Cerita para bekas tahanan di Planet Mars itu tentu saja fiksi. Mereka orang yang kalah dalam sejarah. Kisah mereka terasa lebih pilu seiring denting piano yang melantunkan nada komposisi The Planet dan Venus karya komposer Inggris Gustav Holst, yang dibawakan oleh Tintin Wulia saat latihan. Di sela-sela “para penghuni Mars” bercerita, muncul proses perakitan modul potongan laporan NASA tentang eksplorasi ruang angkasa, “Highlights 1965: A Progress Report”, ketika pesawat Syncomm II mengangkasa.

Baca: Melihat Biennale 2017 dari Senayan City

Instalasi video berjudul A Thousand and One Martian Homes itu merupakan bagian dari karya perupa Tintin Wulia yang dipamerkan di Senayan City, Jakarta. Karya serupa juga dipamerkan di Paviliun Indonesia dalam Biennale Venesia 2017 di Venesia, Italia. Sejak Sabtu, 13 Mei lalu, tiga karya Tintin Wulia terpasang di sebuah ruang di lantai 6 Senayan City.

Tiga karya instalasi yang dipajang secara simultan itu bertajuk 1001 Martian Homes. Karya-karya tersebut dipersembahkan kepada masyarakat di Indonesia yang tak bisa menyaksikannya dalam perhelatan pameran seni Biennale Venesia ke-57 atau 57th Venice Biennalle di Venesia, Italia.

Dalam dimensi ruang yang sama, 70 meter persegi yang terbagi dalam tiga ruang, baik di Jakarta maupun Venesia, Tintin juga menyajikan dua karya lain yang menghubungkan dengan masyarakat dunia. Pengunjung bisa berinteraksi tak hanya dengan karya tapi juga pengunjung di seberang benua. Lihat saja karya berjudul Not Alone. Perupa kelahiran Bali pada 1972 ini menyusun ribuan modul heksagonal akrilik transparan membentuk kubah.

Baca: Bekraf Usung Seniman Tintin Wulia Pameran di La Biennale Venezia

Seniman tersebut juga meletakkan sensor dan kabel elektronik yang menghidupkan pendaran kawat listrik dan 228 lampu LED yang menggambarkan rasi Sagitarius. Dua mesin kembar terhubung dengan Internet yang terpasang di dua tempat pameran terpisah. Penonton diajak masuk melintasi batas ruang dan waktu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Layar Video di pameran Tintin Wulia

Seiring gerakan pengunjung yang mendekat dan menjauh, sensor akan menghidupkan lampu yang membentuk tiga kata: We, Are, Not Alone, dengan ejaan terbalik. Pancaran akrilik dan lampu membentuk bayangan yang indah di langit-langit. Kamera pengawas di atas kubah merekam dan saling mengirim rekaman dari lingkungan. Pada saat bersamaan, umpan silang siaran video diproyeksikan di langit-langit di atas mesin.

Karya interaktif lain terlihat ketika pengunjung digiring masuk ke lorong dan menemui pintu berlubang. Di situ kita bisa mengintip. Jika beruntung, di Venesia sana, bisa jadi seseorang juga sedang mengintip dan melihat mata kita. Rekaman bola mata diperlihatkan bergantian di dinding lorong bertangga.

Kurator Agung Hujatnikajennong menjelaskan, karya Tintin, 1001 Martian Homes, adalah cerita tentang kelangsungan hidup. Meski tak lagi memegang ikon seperti paspor atau peta, ciri khas karya seniman ini sangat jelas. “Bicara tentang batas, perlintasan—dalam kisah nyata dan pengertian lebih jauh dan imajiner,” ujar Agung dalam pengantar kuratorialnya. 

Karya Tintin Wulia bertajuk 1001 Martian Homes.

Direktur artistik Enin Supriyanto mengatakan karya Tintin berangkat dari narasi personal yang sudah penuh dengan pelipatan ruang dan waktu dalam perlintasan diaspora yang kompleks. Dalam karya ini, kita dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa datang terangkai dalam ruang nyata, ruang antara, dan imajiner. “Lewat karya ini, Tintin mengajak kita untuk bertemu, bergaul, dan mengajukan berbagai imajinasi tentang ide kosmopolitan,” ujar Enin.

Dalam Biennale Venesia itu, Tintin mewakili Indonesia dengan dukungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Seniman yang tinggal di Brisbane, Australia, ini sebelumnya dikenal sebagai pekerja film yang kemudian menekuni seni instalasi, performance, permainan interaktif, dan seni rupa dalam beragam medium. Karya-karyanya condong pada persoalan identitas, lintas batas, dan diaspora, yang dipamerkan di galeri-galeri serta pameran internasional di berbagai negara.

Sayangnya, karya Tintin ini diletakkan di ruang yang kurang menarik perhatian pengunjung mal. Pun, tak ada keterangan cukup mencolok yang menarik pengunjung bahwa karya ini mengisi perhelatan pameran seni bergengsi dan tertua di dunia.

DIAN Y. | ELIK SUSANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ganjar Janji Hidupkan Bekraf Lagi untuk Kembangkan Industri Content Creator

14 Januari 2024

Calon presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo menyemangati pendukungnya saat kampanye di DBL Arena Surabaya, Sabtu, 13 Januari 2024. TEMPO/Kukuh S. Wibowo
Ganjar Janji Hidupkan Bekraf Lagi untuk Kembangkan Industri Content Creator

Calon Presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo mengatakan akan mengembangkan industri kreatif apabila dia terpilih dalam Pemilu 2024 mendatang.


Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Musikus Bengal: Harry Roesli
Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.


Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.


Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Konferensi pers  Solo Exhibition
Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.


Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Pameran tunggal Zahrah Zubaidah alias Zazu bertajuk Studi Karantina. (Dok.Orbital Dago)
Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.


Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Karya seni instalasi karya sutradara Riri Riza berjudul Humba Dreams (un)Exposed dipajang di Artjog 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.


Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Tari Legong Semarandana dalam pertunjukan Budaya Pusaka Kita: Bangga pada Budaya Nusantara yang digelar Wulangreh Omah Budaya., Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.
Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.


Bekraf dan Pariwisata Disatukan, Ernest Prakasa: Susah Optimis

24 Oktober 2019

Komika sekaligus Sutradara dan pemeran dalam film Cek Toko Sebelah Ernest Prakasa saat ditemui usai peluncuran Cek Toko Sebelah The Series di kawsan Kuningan, Jakarta, Selasa, 18 Desember 2018. Serial ini dibintangi oleh Ernest Prakasa, Chew Kin Wah, Dodit Mulyanto, Arafah Rianti, Dion Wiyoko, Gisella Anastasia serta Adinia Wirasti.TEMPO/Nurdiansah
Bekraf dan Pariwisata Disatukan, Ernest Prakasa: Susah Optimis

Ernest prakasa beralasan, selama ini, saat masih sendiri berbentuk badan, beberapa program Bekraf sudah berjalan baik.


Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza saat menghadiri gala premiere film Athirah di XXI Epicentrum, Jakarta, 26 September 2016. Film ini diperankan aktor diantaranya Cut Mini, Christoffer Nelwan, Indah Permatasari, Tika Bravani, dan Jajang C Noer. TEMPO/Nurdiansah
Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.


Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka Artjog 2019 di Jogja National Museum Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.