TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya isugangster yang melakukan aksi brutal di berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir membuat masyarakat resah. Mirisnya, pelaku dan anggota gangster kebanyakan adalah remaja usia sekolah SMP dan SMA.
Mengapa mereka berani melakukan hal itu?
Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi. Psi., memandang aksi gangster itu tidak lepas dari fase remaja dalam mencari jati diri.
Dalam rangka menyiapkan diri untuk mengemban peran dewasa, remaja kerap mencoba berbagai peran di lingkungannya. Sering kali dalam penjajakan peran ini mereka berbenturan dengan lingkungan sekitar, terutama dari orang tua dan sekolah.
“Benturan inilah yang membuat remaja mencari lingkungan yang mau menerima atau memahami apa yang ia inginkan,” ujar Vera.
Semua nilai yang pernah ditanamkan pada diri mereka sejak kecil mereka tantang kembali. Mereka ingin menikmati kebebasan dan menentukan semuanya sendiri meski bertentangan dengan nilai dan aturan yang selama ini diajarkan.
“Ketika di dalam kelompok tertentu, mereka merasa menemukan 'rumah' di mana mereka bisa merasa diterima apa adanya, dipahami pikiran dan perasaannya. Lalu ketika mereka sudah merasa terikat dengan kelompok ini, maka mudah saja bagi mereka untuk mengikuti nilai-nilai di dalam kelompok tersebut, termasuk berbuat kriminal,” kata Vera lebih lanjut.
Remaja yang telanjur menemukan “rumah” dalam gangster, akan melakukan apa pun demi menunjukkan eksistensinya.
“Mereka menunjukkan bahwa bisa melakukan apa pun yang diinginkan. Ada sense of power yang mereka rasakan di mana dalam kehidupan sehari-hari mungkin tidak bisa mereka dapatkan,” ungkap Vera.
Itulah yang membuat para remaja tersebut tidak hanya berani bertindak sadis, namun juga memamerkan aksinya itu di media sosial.
Berita lainnya:
Farah Quinn Tak Lagi Umbar Keseksian, Kini Tampil Lebih Tertutup
Sawine, Pencuci Mulut Berempah dari Trinidad
Kehilangan Momen Tumbuh Kembang Anak, Begini Kata Andi Murray