TEMPO.CO, Jakarta - Harapan setiap orang pada pernikahan adalah untuk selama-lamanya. Tapi ada satu hal yang tidak bisa ditolak setiap manusia, yakni kematian. Kebanyakan kematian tidak bisa diprediksi walau disebabkan sakit sekalipun.
Bila yang mengalami ditinggal pasangan secara mendadak adalah wanita, maka ia kemudian disebut janda. Pada masa - masa ini, beberapa masalah biasa datang dan menghadang. Menurut Anggia Chrisanti, konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria, dibutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya.
Membantu setiap wanita agar lebih siap menghadapi kemungkinan terburuk tersebut, masalah-masalah yang akan datang dan menghadang perlu diketahui terlebih dulu. Berikut ini daftarnya seperti diuraikan Anggia.
1. Konsep diri
Perubahan status dengan segala peran dan fungsi yang sudah terbiasa dilakukan sebagai istri akan hilang. Bagi yang menjalani peran ini utuh, sebagai ibu rumah tangga penuh waktu, maka biasanya akan lebih berat. Mereka biasanya akan mengalami kebingungan akibat rutinitas yang selama ini dilakukan sebagai istri.
Berbeda dengan mereka yang punya aktivitas, pekerjaan, profesi, biasanya agak lebih cepat pulih karena selain tidak terlalu terikat rutinitas, ada lingkungan yang mendukung sekaligus mengalihkan dengan kesibukan.
2. Kehidupan sosial
Dalam kehidupan sosial, masalah yang sering muncul adalah tentang hubungan dengan teman-teman dan kenalan. Apalagi stigma atau label bahwa seorang janda sering dianggap sebagai ancaman oleh para istri lainnya. Penolakan dan penilaian negatif yang berasal dari lingkungan ini dapat menyebabkan janda merasakan kesepian, kecuali jika punya lingkungan sosial yang terkait komunitas/grup/aktivitas kewanitaan, sehingga tidak terlalu berpengaruh.
3. Masalah emosi
Emosi bercampur antara sedih, juga marah karena ditinggalkan, atau kesal karena akhirnya harus menanggung kehidupan dan anak-anak sendirian. Belum lagi ketakutan menghadapi masa depan dan juga malu menyandang status janda. Khawatir dengan label janda, khawatir tidak bisa menjaga dan menghidupi anak-anak, dan lain - lain.
Yang dapat dilakukan antara lain adalah:
#Buatlah pertemanan-pertemanan dalam komunitas/grup yang baik dan mendukung, yang mendekatkan kepada kegiatan keagamaan lebih baik. Apalagi dengan kegiatan yang sesuai potensi dan bakat sehingga jalan ini bisa sekaligus digunakan untuk mengembangkan diri.
#Jadilah istri produktif. Tidak mesti bekerja kantoran, yang penting memiliki aktivitas menghasilkan dan positif. Ini bukan hanya bisa mendukung ketahanan ekonomi tapi juga menambah wawasan dan pergaulan.
#Melakukan kedua hal di atas tidak perlu menunggu pasangan meninggal. "Lakukan sejak sekarang, sejak mampu, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan," ujar Anggia.
Artikel lain:
Hirsutisme Ditakuti Remaja Putri, Apa Itu?
Badan Bengkak, Cek Apakah karena Retensi Air
Kanker Rahim Juga Mengancam Perempuan, Gejalanya Kembung