TEMPO.CO, Malang-Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengaku tersinggung partai yang ia pimpin disebut mualaf Pancasila.
Hal itu disampaikan Yudhoyono saat memberi sambutan dalam Safari Ramadan Partai Demokrat di Hotel Santika Premiere, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis petang, 15 Juni 2017. Sambutan dihadiri ratusan kader Partai Demokrat, puluhan anak yatim-piatu, dan unsur pimpinan daerah Kota Malang.
Baca: Demokrat Pastikan Tak Kirim Wakil ke Pansus Angket KPK
Turut menyaksikan Ani Yudhoyono, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono, dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Timur yang juga Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
SBY menyebut pidatonya sebagai Refleksi Ramadan dari perjalanan hari keempat Safari Ramadan di Pulau Jawa, yang mengambil tema pokok dari sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Topik saya ini berkaitan dengan agenda pemerintah yang sekarang ini gencar melakukan sosialisasi Pancasila. Kami akan masuk dalam konteks itu dengan titik berat pada apa yang mesti dijalankan,” kata Yudhoyono di awal pidatonya.
Simak: Partai Demokrat Akan Gelar Acara Keliling Nusantara
Presiden Keenam Republik Indonesia itu menyatakan Partai Demokrat melihat dan mengetahui niat baik pemerintahan Presiden Joko Widodo yang sedang gencar-gencarnya mengupayakan pemantapan dan penguatan nilai-nilai Pancasila. Demokrat mendukung niat baik tersebut sepanjang tujuannya tidak menyimpang dan menjadi sekadar kepentingan politik atau bahkan tidak terjadi penyimpangan nilai-nilai Pancasila.
“Sepanjang Pancasila sesuai dengan apa yang diyakini oleh Demokrat, maka kami Demokrat mendukung upaya baik dari pemerintah tersebut,” kata dia.
Namun Yudhoyono mengingatkan dan memberi sindiran bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih penting ketimbang dipahami secara simbolik. Pancasila, kata SBY, tidak melulu tercetak di kaus, spanduk, dan terletak dalam ikatan kepala. Pancasila ada di dalam hati dan pikiran, serta harus dijalankan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jauh lebih penting daripada teori Pancasila itu sendiri.
Lihat: Rakernas Partai Demokrat, SBY dan AHY Bikin Petisi Anti-Hoax
Menurut SBY, Pancasila bukanlah sesuatu yang baru bagi Partai Demokrat karena kebinekaan atau kemajemukan bangsa Indonesia adalah pilar atau sendi kehidupan Partai Demokrat sejak berdiri 9 September 2001 yang dicantumkan dalam Manifesto Partai Demokrat, yaitu nasionalis-religius. Manifesto atau konstitusi ini harus dibaca satu napas, tidak dipisahkan.
“Sejak partai kami berdiri, Pancasila sudah ditetapkan sebagai dasar atau asas partai yang tidak akan pernah digantikan oleh asas apa pun. Karena itu, saya secara pribadi tersinggung seolah-olah Partai Demokrat new comer terkait pemahaman dan pelaksanaan Pancasila,” kata Yudhoyono, yang disambut tepuk tangan meriah oleh hadirin.
Baca juga: SBY Ingatkan Pemerintah Tak Kendor Atasi Kemiskinan
SBY menegaskan dirinya pribadi bukan anak baru dalam memperjuangkan Pancasila dan kebinekaan. Ia mengaku konsisten menjalankan nilai-nilai Pancasila selama 30 tahun mengabdi sebagai prajurit TNI dan 15 tahun berkiprah di pemerintahan baik sebagai menteri maupun presiden selama dua periode.
Jadi, SBY menekankan, “Jangan dibilang kami tidak kenal Pancasila dan kebinekaan, apalagi disebut mualaf Pancasila.” Penegasan serupa juga disampaikan SBY saat bersafari Ramadan di Cirebon, Senin, 12 Juni, dan Semarang, Selasa, 13 Juni lalu.
Seusai memberikan sambutan, SBY memberikan bantuan secara simbolis belasan anak yang mewakili 500 anak dari 12 panti asuhan. Sehabis itu acara dilanjutkan dengan berdoa, lalu berbuka puasa dan melaksanakan salat Magrib berjamaah.
ABDI PURMONO