Kata Ustad Solmed Soal Itikaf bagi Mereka yang Sibuk Bekerja  

Ustad Solmed. TEMPO/Nurdiansah
Ustad Solmed. TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap sepuluh malam terakhir Ramadan, banyak orang memilih berdiam diri sambil beribadah dalam masjid. Biasanya, kegiatan ini berlangsung sejak waktu menjelang malam hingga sepertiga malam atau subuh. Namun, kegiatan tersebut menjadi berat bagi warga kota yang harus bekerja dari pagi hingga malam hari.

Seorang tokoh agama, Sholeh Mahmoed Nasution atau yang akrab disapa Ustad Solmed mengatakan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang berkewajiban mencari nafkah di bulan Ramadan ini. Hal terpenting bagi golongan masyarakat tersebut, kata Solmed, mereka harus pandai mengatur waktu.

Baca juga:

Pemprov Jabar Gelar Itikaf di Masjid Al Mutafqin

“Andai kata mereka bisa, maka beritikaf. Walaupun tidak sampai subuh,” ujar Solmed saat dihubungi Tempo, Sabtu, 17 Juni 2017.

Menurut Solmed, dalam beritikaf setiap jemaah tidak harus begadang atau tidak tidur sama sekali. Apabila mereka tertidur karena mengantuk, hal tersebut tidak dipermasalahkan mengingat sifat mengantuk dinilai sangat manusiawi. “Tidak harus dipaksakan sampai kemudian harus menyiksa,” kata Solmed.

Baca pula:

Itikaf Ramadan, Masjid Jabal Rahmah Padang Dibanjiri Jemaah

Solmed menyadari kegiatan warga kota yang kerap bekerja dari pagi sampai malam hari sangat melelahkan. Namun, untuk beritikaf setiap orag bisa mengatur waktu sendiri, misalnya untuk mengambil beberapa ibadah yang bersifat sunnah. Misalnya, bagi pekerja yang baru sampai rumah pukul 19.00, mereka bisa mengambil waktu i’tikaf dari pukul 21.00 hingga 24.00 tengah malam.

“Andai pun tidak bisa beritikaf ya, apa boleh buat. Mengingat bekerja untuk mencari nafkah hukumnya wajib. Sementara, itikaf itu sendiri hukumnya sunnah,” kata Solmed.

Silakan baca:

Hendak I'tikaf di Bulan Ramadan, Begini Tata Caranya

Solmed mengatakan jangan sampai keinginan untuk menjalankan ibadah yang sifatnya sunnah justru membuat mereka meninggalkan kewajiban. Syarat penting dalam hal tersebut, kata Solmed, jemaah harus mampu mengatur waktu dan kondisi fisik dengan baik. “Itikaf boleh dilakukan semampunya,” kata dia.

Dalam menghabiskan waktu sepuluh hari terakhir Ramadan, Solmed mengatakan ada banyak ibadah yang bisa dilakukan selain ber-itikaf di masjid. Contoh ibadah lain adalah membaca Al-Quran, berdzikir (menyebut dan mengingat Allah), salat tahajud, berdoa, hingga ber-istighfar atau memohon ampun.

“Allah Maha Tahu tentang kemampuan kita. Jangan sampai ber-itikaf dipaksakan, lalu pekerjaan yang merupakan kewajiban malah jadi berantakan,” ujar Solmed.

LARISSA HUDA