TEMPO.CO, Malang - Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisari Besar Yade Setiawan Ujung menyebut terduga teroris Syahrul Munif sebagai anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Abu Jandal Al-Yameni, salah seorang petinggi kelompok radikal Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS). Abu Jandal berasal dari Kota Pasuruan, Jawa Timur, dengan nama asli Salim Mubarok Attamimi.
Syahrul Munif, terduga teroris ditangkap oleh aparat Densus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia di ujung jalan, sekitar 100 meter dari rumah kontrakannya di Jalan Wijaya 11-A, RT 07/RW 03, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Rumah kontrakan ini berjarak hanya sekitar 10 meter dari Markas Komando Rayon Militer 0818/26 Singosari.
Baca juga:
Densus 88 Tangkap Syahrul, Rencana Kontrak Rumah Dekat Mapolsek
“SM (Syahrul Munif) diamankan Densus 88 tadi pagi, sekitar pukul 08.30 dan kami mem-back up saja,” kata Yade kepada wartawan di tempat kejadian perkara, Senin, 19 Juni 2017.
Menurut Yade, Syahrul pernah ke Suriah pada 2013 dan berada di sana selama 6 bulan. Ia mengikuti pelatihan militer bersama kelompok Abu Jandal. Sarjana hukum kelahiran Jember, 9 Juli 1982, itu kemudian balik ke Indonesia pada 2014.
Baca Juga:
Baca pula:
Densus 88 Bekuk 2 Jaringan Abu Jandal di Malang dan Surabaya
Indikasi keterkaitan Syahrul dengan Abu Jandal menguat setelah beredar sebuah video melalui Youtube yang menampilkan sekelompok pria yang mengaku sebagai Indonesia Mujahid dan Indonesia Army. Mereka menyerukan ajakan jihad. “Terduga pelaku ada di dalam video itu bersama Abu Jandal,” kata Yade.
Polisi, kata Yade, membawa sejumlah barang bukti seperti buku tabungan, paspor, serta dokumen keberangkatan ke dan kepulangan dari Suriah. Dalam paspor tertera rute perjalanan darat Syahrul ke Suriah, yakni Malang-Surabaya-Malaysia-Turki, serta balik dari Suriah lewat jalan darat ke Turki dan dari Turki naik pesawat ke Malaysia dan Surabaya.
Namun, Yade menukas, terjadi perubahan pada diri Syahrul sejak pulang dari Suriah dan menikah. Istri tidak tahu kegiatan Syahrul kecuali berjualan buku dan membantu istri berjualan baju.
Dalam interogasi Syahrul mengaku mempunyai tiga teman yang meninggal di Suriah. Hal yang menarik, Syahrul mengaku tertipu di Suriah. Waktu di Indonesia dijanjikan “gaji” ratusan juta bila mau ke Suriah, tapi ternyata hanya dapat Rp 600 ribu dan karena itu ia hanya betah 6 bulan di sana, lalu balik ke Indonesia.
Ia pun mengaku sudah putus dengan jaringannya di Suriah dan lebih giat mencari duit untuk menafkahi keluarga. “Tapi kami tak bisa detail berikan keterangannya. Semua masih didalami lagi,” ujar Yade.
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Distrik Militer 0818/Kabupaten Malang-Batu Letnan Kolonel Muridan menambahkan, seluruh bintara pembina desa terus bergiat memantau lingkungan, di desa-desa yang potensial dan atau pernah ditemukan kasus radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme.
“Sejauh ini belum ada warga yang dicurigai kecuali yang di sini. Tapi jelas kami makin waspada karena ternyata mereka bisa saja menetap di dekat markas kami,” kata Muridan.
ABDI PURMONO