TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan sejumlah hal kepada pengelola destinasi wisata dan masyarakat yang ingin menikmati libur lebaran agar mewaspadai lonjakan pengunjung tempat wisata. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menuturkan kondisi destinasi wisata yang penuh sesak itu merupakan fenomena positif.
"Namun di sisi lain dapat mengakibatkan petaka bagi pengunjungnya," ujar Tulus dalam keterangan tertulis YLKI, Jumat, 23 Juni 2017.
Baca juga: YLKI Buka Posko Pengaduan Mudik Lebaran
Tulus menuturkan Dinas Pariwisata setempat seharusnya melakukan audit teknis terlebih dahulu terhadap sarana prasana di lokasi wisata, terkait dengan kelayakan, khususnya sarana prasarana yang berisiko tinggi.
Menurut dia, pengelola wisata juga harus memiliki standar kapasitas maksimum untuk lokasi wisata. "Jangan memaksakan menjual tiket masuk padahal lokasi wisata sudah over capacity." Kondisi kelebihan pengunjung itu kata dia bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga keamanan dan keselamatan konsumen sebagai pengguna jasa wisata.
Tulus berujar pengelola wisata harus mewajibkan adanya alat-alat penunjang keselamatan seperti pelampung atau jaket keselamatan untuk wisata air yang berisiko tinggi, seperti danau, telaga dan atau pantai. "Dan ada petugas penjaga pantai atau danau sehingga ketika terjadi accident konsumen korban bisa cepat dievakuasi dan diselamatkan," katanya.
Selanjutnya, Tulus menambahkan Dinas Pariwisata dan juga pengelola wisata harus memonitor harga-harga makanan dan minuman agar tidak melampaui batas wajar dan merugikan konsumen. Dia mengatakan pengelola warung dan restoran harus mencantumkan daftar menu sekaligus dengan daftar harga yang transparan. "Pengunjung wisata jangan dieksploitasi dengan harga makanan atau minuman yang ugal-ugalan," ujarnya.
Tulus pun meminta konsumen tidak memaksakan diri memasuki area destinasi wisata, jika sekiranya sudah over capacity, serta tidak menggunakan sarana prasarana di lokasi wisata jika terlihat sudah keropos dan tidak dirawat, atau tidak dilengkapi dengan sarana penunjang keselamatan.
Pengelola destinasi wisata diharapkan dapat menambah fasilitas toilet dengan toilet portable dan menjamin ketersediaan air. "Adanya jumlah antrian di toilet, khususnya toilet perempuan, menunjukkan kurangnya fasilitas, jumlah toilet perempuan seharusnya lebih banyak daripada toilet laki-laki."
Terakhir, YLKI mengingatkan lokasi wisata seharusnya dilengkapi dengan klinik kesehatan dan petugas medis yang siaga selama lokasi wisata beroperasi. Sebab hal ini sangat penting untuk melakukan pertolongan pertama dan bahkan menyelamatkan korban dari fatalitas.
GHOIDA RAHMAH