TEMPO.CO, Marawi - Kelompok milisi Maute di Marawi, Filipina mengajukan 2 syarat untuk pembebasan sandera seorang imam Katolik dan mundur dari Marawi untuk mengakhiri konflik.
Sumber yang mendampingi utusan pemerintah bertemu Abdullah Maute, bos kelompok milisi pendukung ISIS mengungkapkan Maute bersedia membebaskan pastor Teresito Suganob asalkan orang tua dan saudara-saudara mereka yang ditangkap militer Filipina dibebaskan.
Baca: Idul Fitri, Filipina Umumkan Gencatan Senjata 8 Jam di Marawi
Suganob menjabat sebagai Vikaris Jenderal di Marawi. Suganob bersama sekitar 200 warga sipil ditangkap dan disandera Maute saat menyerang kota Marawi tanggal 23 Mei 2017. Maute memastikan Suganob masih hidup.
Pada 9 Juni, Ominta "Farhana" Maute, ibu dari saudara laki-laki Maute, ditangkap oleh polisi di Masiu, provinsi Lanao del Sur. Dua hari sebelumnya, ayah Maute, Cayamora, dan istri keduanya ditangkap di pos pemeriksaan polisi militer di Davao City.
Pada 18 Juni, Farida dan Al Jadid Romato, sepupu Mautes, dan Abdul Rahman Dimacula, pacar Farida, ditangkap di pelabuhan Kota Iloilo.
Baca: Presiden Duterte Mohon Maaf atas Kehancuran Marawi
Selain mengajukan syarat pembebasan imam Katolik, Maute bersama sekuturnya kelompok milisi Abu Sayyaf juga menyatakan penolakannya untuk bernegosiasi langsung dengan pemerintah Filipina untuk mengakhiri krisis di Marawi.
Maute dan Abu Sayyaf, menurut sumber, hanya bersedia bernegosiasi dengan Front Pembebasan Islam Moro atau MILF untuk mundur dan mengakhiri konflik bersenjata di Marawi.
"Jika MILF akan turun tangan, mereka siap meninggalkan Kota Marawi. Tapi jika tidak, mereka akan berjuang sampai tetes terakhir dari darah mereka, "kata sumber tersebut, seperti yang dilansir Inquirer pada 27 Juni 2017.
Pemerintah Filipina belum memberikan respons atas 2 syarat yang diajukan Maute untuk membebaskan sanderan dan mundur dari Marawi untuk mengakhiri konflik berdarah di sana.
INQUIRER|YON DEMA