TEMPO.CO, Jakarta - Thailand dikenal sebagai rumah bagi beberapa peternakan buaya di dunia. Menurut data dari Departemen Perikanan Thailand, terdapat sekitar 1,2 juta buaya yang berada di 1.000 peternakan buaya. Namun, hal itu tidak menyurutkan keberanian sebagian orang. Sebaliknya, mereka antusias berkunjung ke peternakan buaya untuk berwisata.
Salah satu peternakan buaya terbesar di Thailand adalah Crocodile Sri Ayuthaya. Dari peternakan itu, wisatawan dapat melihat buaya sedang bersantai di bawah terik matahari, mengunyah ayam, atau berkerumun di kolam hijau. Peternakan itu telah beroperasi selama 35 tahun. Saat ini ada sekitar 150 ribu ekor buaya di peternakan tersebut.
"Kami adalah pertanian all in one, menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat, mendatangkan pendapatan untuk negara ini," ujar Wichian Rueangnet sang pemilik peternakan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, 1 Juli 2017.
Sri Ayuthaya telah terdaftar dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka Fauna dan Flora Liar (CITES). Dengan begitu, mereka dapat mengekspor produk-produk dari buaya air tawar Siam yang terancam punah ke Cina.
"Kami melakukan segala hal mulai dari membesarkan buaya hingga pembantaian, penyamakan, dan pengekspor produk buaya," kata Wichian. Wichian menjelaskan, untuk produk kulit buaya, termasuk tas bergaya Birkin, dijual seharga 80 ribu baht atau sekitar Rp 31,5 juta, dan pakaian yang terbuat dari kulit buaya, terjual sekitar 200 ribu baht atau sekitar Rp 78,5 juta.
Sedangkan daging buaya dijual seharga 300 baht per kilogram (Rp 117,8 juta). Adapun empedu dan darahnya dijadikan pil karena diyakini memiliki manfaat kesehatan, dan masing-masing bernilai 40 ribu baht (Rp 15,7 juta) dan 500 baht per kilogram (Rp 200 ribu).
Berita lainnya:
Mau Bisnis Restoran? Simak 12 Rahasia Suksesnya
Gara-gara Teknologi, 20 Jenis Pekerjaan Ini Bakal Punah
Mantan Putri Indonesia Jualan Kosmetik, Untung Sampai 300 Persen