TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia atau MUI Zainut Tauhid Sa'adi mengimbau masyarakat Indonesia untuk tetap mewaspadai ancaman serta bahaya negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Apalagi setelah adanya beberapa teror dari milisi ISIS terhadap aparat kepolisian beberapa waktu terakhir harus jadi peringatan keras atas bahayanya teror tersebut.
“Tidak boleh dianggap main-main. Tetapi harus ditanggapi secara serius. Teror tersebut merupakan pernyataan ISIS yang akan berperang di Indonesia dan Malaysia,” ujar Zainut dalam keteranga tertulisnya Rabu, 5 Juli 2017, terkait tanggapan MUI mengenai bahaya ISIS.
Baca juga:
3 Dugaan Motif Teror ISIS di Polsek Kebayoran Lama Versi Polri
Zainut mengatakan ancaman perang terhadap Indonesia dan Malaysia telah disampaikan oleh ISIS melalui sebuah video yang beredar di media sosial. Dengan begitu, kata Zainut, Indonesia harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap serangan susulan dari milisi ISIS tersebut. Setidaknya, Zainut menekankan pada tiga hal yang patut diwaspadai terhadap serangan ISIS.
“Pertama, ISIS merupakan gerakan transnasional yang memiliki jaringan di berbagai negara, dengan jumlah pengikut yang tidak diketahui secara pasti,” ujar Zainut.
Menurut Zainut, dengan adanya pengikut yang tidak dapat dideteksi itu, maka patut dicurigai bahwa mereka melakukan gerakan rekrutmen, pendidikan, dan pengaderan anggota secara sembunyi-sembunyi.
Baca pula:
Banser Diancam ISIS, Pagar Nusa NU Anggap Perang Terbuka
Adapun hal kedua, Zainut menyebutkan ISIS memiliki pengikut dengan tingkat militansi yang sangat tinggi. Pasalnya, kata Zainut, mereka biasanya dibekali dengan doktrin paham keagamaan radikal dan ideologi terorisme.
“Sehingga dengan bekal doktrin dan ideologi tersebut mereka siap menyebarkan paham itu kepada orang lain, bahkan mereka rela mati untuk memperjuangkan cita-cita dan keyakinannya itu,” ujar Zainut.
Silakan baca:
Lewat Video, ISIS Nyatakan Perang Melawan Indonesia dan Malaysia
Ketiga, Zainut mengatakan secara disadari atau tidak, bibit-bibit radikalisme di Indonesia sudah mulai banyak tumbuh dan berkembang di berbagai kelompok masyarakat, khususnya di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda. Menurut Zainut, hal tersebut terjadi akibat lemahnya pengawasan dan tidak tegasnya pemerintah dalam menegakkan hukum menghadapi kelompok yang mengusung paham keagamaan radikal dan ideologi terorisme.
“Mereka biasanya menolak Pancasila dan NKRI. Kelompok ini berpotensi melahirkan kelompok masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan ISIS,” kata Zainut.
Zainut mengingatkan kepada masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai ajaran agama Islam yang benar, yakni ajaran agama yang menebarkan kasih sayang, toleransi, dan persaudaraan. Selain itu, kata Zainut, MUI juga mengajak semua pihak untuk kembali kepada nilai-nilai dasar kebangsaan untuk menjaga kebhinnekaan serta keutuhan bangsa Indonesia.
LARISSA HUDA