TEMPO.CO, Mataram - Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Moh Faozal menjelaskan rencana penerbangan carter yang mengangkut wisatawan Korea ke Lombok oleh maskapai Korea Air.
“Sekali terbang dari Incheon membawa 200 orang penumpang,’’ kata Faozal pada acara Sosialiasi Branding Pesona Indonesia di halaman Kantor Dispar NTB, pada Rabu 12 Juli 2017.
Faozal menjelaskan pihaknya telah menerima surat dari General Manager Passenger Network Korean Air, Sangwook Bae.
Mulai 29 Juli 2017 hingga 9 Oktober 2017, bakal ada tujuh penerbangan carter dari Incheon ke Lombok. Maskapai Jet Star juga melakukan penjadwalan penerbangan rute Sidney Australia ke Lombok.
Besarnya minat wisawatan Negeri Ginseng ke Lombok muncul setelah serial drama TV Korea yang mengambil lokasi syuting di Pulau Gili Trawangan dan sebagian lainnya di daratan Lombok.
Sebelumnya, Duta Besar Korea Selatan Taiyoung Cho sudah bertemu Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi.
“Lombok sangat populer di Korea,” ujar Taiyoung Cho waktu itu. Bahkan pengusaha Korea juga menanamkan modalnya membangun hotel di kawasan wisata Mandalika di Lombok Tengah.
Faozal mengajak pelaku pariwisata di NTB agar melakukan pembenahan di kawasan wisata unggulan pertama yang kini dirasakan telah sesak. Antara lain di Senggigi, Gili Matra (Trawangan, Meno dan Air), Rinjani dan Sembalun di Lombok. Lalu Moyo dan Tambora di Pulau Sumbawa.
“Banyak hal yang harus dibenahi. Selain sampah juga penyeberangan yang dapat merusak lingkungan,’’ ujarnya.
Ia mengingatkan daerah tetangga yang jadi pesaing dan memiliki potensi destinasi seperti Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Banyuwangi di Jawa Timur.
“Tata kelola harus betul – betul diperhatikan walaupun destinasi kita memiliki potensi,” ucapnya.
Kepala Bidang Pemantauan dan Evaluasi, Kementerian Pariwisata, Gunawan Wimbawa mengatakan parwisata menjadi penyumbang keempat devisa nasional, yakni 9,3 persen dibandingkan industri lainnya.
Pariwisata menyumbang 10 persen Product Domestic Brutto (PDB) nasional. Spending US $ 1 juta dolar sektor pariwisata menghasilkan PDB sebanyak US $ 1,7 juta atau 170 persen.
“Tertinggi dibanding industri lainnya,” katanya.
Tahun 2019, industri pariwisata Indonesia diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu US $ 24 miliar. Melampaui sektor minyak dan gas, batubara dan minyak kelapa sawit.
Ia menyebutkan branding Wonderful Indonesia yang mencerminkan positioning dan differentiating pariwisata Indonesia, semula tidak masuk rangking branding di dunia.
Mulai tahun 2015 telah melesat lebih dari 100 peringkat di urutan 47 mengalahkan Truly Asia Malaysia (rangking 96), dan Amazing Thailand (83).
SUPRIYANTHO KHAFID